Jurnalpantura.id, Kudus – Kasus Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi sorotan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus. Dibanding tahun 2022, kasus AKI dan AKB tercatat mengalami penurunan di tahun 2023.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kabid Kesehatan Masyarakat pada DKK Kudus, Nuryanto. Ada sebanyak 11 ibu dan 124 bayi yang meninggal dunia di tahun 2023. Jumlah tersebut cenderung turun di tahun 2022, yang sebanyak 12 ibu dan 125 bayi tercatat meninggal dunia.
Nuryanto menyebut, meskipun hanya selisih satu, kasus Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sangat berarti penting bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus.
Terlebih, kasus AKI dan AKB yang terjadi di tahun 2023 tersebut tidak berada di fasilitas kesehatan (fakses) tingkat dasar, baik itu di puskesmas maupun rumah bersalin. Nuryanto menyebut, kasus kematian ibu yang terjadi, seringnya disebabkan karena perdarahan pasca melahirkan.
“Perdarahan pasca melahirkan itu yang kadang tidak bisa kita kendalikan, jadinya memang harus waspada di situ,” katanya.
Sedangkan untuk kasus kematian bayi, terjadi karena beberapa faktor. Antara lain, penyakit bawaan, berat badan lahir rendah (BBLR), dan lahir kurang umur atau prematur.
“Penurunan jumlah kasus AKI dan AKB ini ada langkah-langkah yang baik, harapan kami semua sudah berporses sesuai tugas dan fungsi masing-masing,” ujarnya.
Pihaknya pun menegaskan kembali kepada masyarakat, untuk rajin memeriksakan kehamilannya. Layanan bagi ibu hamil di puskesmas telah disediakan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) sebanyak enam kali. Dimana, dua pemeriksanaan diantaranya adalah pemeriksaan USG.
“Harapan kami, ibu-ibu di Kudus itu memeriksakan USG. Bisa datang ke puskesmas, di kita kan ada layanan. Dengan demikian bisa mnurunkan angka kematian ibu dan bayi,” terangnya. (J05/A01)