Jurnalpantura.id, Kudus – Stroke menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini biasanya menyerang kelompok usia 40 tahun ke atas, namun tidak menutup risiko untuk usia muda.
Hal ini sering kali dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan tubuh.
Stroke sendiri terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik), yang menyebabkan sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi.
Menurut dr. Kristina Margareta, Dokter Spesialis Neurologi di RS Mardi Rahayu, stroke adalah kondisi darurat medis. Tanpa pasokan oksigen yang cukup, sel-sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit.
Hal ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena, seperti pusing, kesulitan berbicara, kehilangan kesadaran, atau kelumpuhan.
“Untuk memulihkan kondisi tubuh setelah stroke, pasien perlu menjalani terapi stroke. Tanpa penanganan yang tepat, stroke bisa menyebabkan kerusakan otak yang parah, herniasi otak, bahkan kematian,” jelas dr. Margareta.
Ia juga menekankan bahwa sekitar 80 persen kasus stroke sebenarnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat.
Salah satu upaya pencegahan yang digalakkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah melalui kampanye kesehatan dengan tips “CERDIK.”
CERDIK adalah akronim yang terdiri dari Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet dengan makan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
“Pencegahan stroke dimulai dengan hal-hal kecil yang dapat dilakukan sehari-hari, seperti melangkah atau bergerak lebih aktif,” ujar dr. Margareta.
Selain itu, dr. Margareta menjelaskan bahwa ada dua jenis faktor penyebab stroke, yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Penyebab yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, kadar gula darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan konsumsi alkohol.
“Hipertensi atau darah tinggi adalah penyebab utama stroke, sehingga sangat penting untuk mengontrol tekanan darah secara rutin,” tegas dr. Margareta.
Di sisi lain, terdapat faktor-faktor yang tidak bisa dimodifikasi, seperti usia dan jenis kelamin. Semakin tua usia seseorang, semakin besar pula risiko terkena stroke, terlebih yang tidak memiliki aktivitas.
Meskipun demikian, dr. Margareta menegaskan bahwa risiko stroke tetap dapat dikurangi dengan mengelola faktor-faktor yang bisa diatur, seperti pola makan dan kebiasaan hidup sehat.
Meskipun stroke lebih rentan menyerang kelompok usia 40 tahun ke atas, bukan berarti orang yang lebih muda bebas dari ancaman stroke.
Pola hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang buruk, serta stres yang tidak terkelola, dapat menyebabkan kondisi tubuh yang lebih rentan terhadap stroke.
“Dari pada mengobati, lebih baik mencegah. Pencegahan dini dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengikuti tips CERDIK, sangat penting untuk menghindari stroke,” tandas dr. Margareta.
Pencegahan stroke yang efektif dimulai dengan langkah-langkah kecil yang dapat dilakukan setiap hari, seperti melangkah lebih banyak dan bergerak aktif.
“Aksi melangkah atau bergerak adalah manifestasi sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegah stroke. Jangan tunggu sampai terlambat, mulailah sekarang juga untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyakit berbahaya ini,” pungkas dr. Margareta. (J05/A01)