Jurnalpantura.id, Kudus – Noor Khozin kandidat ketua Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembaku Makanan Minuman (FSP- RTMM) Kudus, saat di jumpai di sekretariat SPSI Kudus , ketika disinggung motif dirinya maju dalam kontestasi pemilihan ketua RTMM Kudus mengatakan, idealnya seorang ketua serikat pekerja adalah orang yang memahami dibidang perburuhan.
“ Pengurus serikat pekerja harus punya kapabilitas dan memiliki banyak inovasi, meminimalkan resiko, mengetahui tentang program yang terkait dengan regulasi, resiko usaha dan keberadaan buruh,” katanya.
Ditubuh RTMM misalnya, diperlukan sosok yang bisa lobby dan orang yang bisa menjual pemikiran-pemikiran baik kepada buruh, pengusaha dan pemerintah, sehingga serikat buruh tidak diidentifikasikan sebagai sekumpulan orang yang hanya ngurusi atau membantu hal-hal yang sederhana seperti sekarang ini saja.
“Yang hanya mengantarkan pekerja yang sakit dan membawanya ke rumah sakit atau urusan administrasi, ngurusi pekerja hamil dan lain-lain, jangan hanya di identikkan seperti itu, mindset itu harus dirubah,” katanya.
Pimpinan Unit Kerja di tingkat perusahaan itu juga harus pintar menguasai dan memahami soal regulasi, “caranya ya pendidikan buruh harus di utamakan, karena dengan begitu secara tidak langsung pekerja akan menjadi pintar,” terangnya.
Bagi para pengusaha yang paling dijunjung tinggi adalah normatif, “ kalau semuanya sudah normatif meskipun ada provokator dari manapun tidak akan mempan,” ujar dia.
“Makanya pemberdayaan di tingkat serikat pekerja itu wajib, caranya adalah anggota serikat buruh di berikan materi-materi pendidikan tentang sosialisasi-sosialisasi regulasi perburuhan kalau perlu nantinya di tingkat role play ada simulasi perselisihan di Pengadilan Hubungan Industrial yang selama ini belum pernah ada,” terangnya.
“ Karena saya yakin buruh Kudus itu bisa dipastikan belum tahu dimana kantor PHI yang ada di Semarang termasuk serikat pekerjanya, apalagi berperkara disana,” ungkap lelaki berkacamata minus ini.
Karena sebenarnya akar dari persoalan hubungan industrial yang paling tahu di perusahaan normatif apa tidak? itu adalah serikat pekerja di tingkat perusahaan itu sendiri.
“Tapi kalau mereka tahu tentang hal itu namun tidak berbuat apa-apa, maka yang perlu digaris bawahi tipe serikat pekerja yang seperti ini perlu dipertanyakan jati dirinya, sementara dia menikmati Check Of System (COS) atau menikmati iuran dari keringat buruh,” jelas dia.
“ Untuk itulah jika saya terpilih sebagai ketua FSP-RTMM nanti, program pendidikan kepada buruh menjadi target utama saya, program pendidikan tidak dalam rangka untuk menakut-nakuti perusahaan dan kalau buruh pintar tidak berarti pengusaha biar takut, tetapi ketika pekerja nanti berperkara atau ada sesuatu yang harus diselesaikan, tidak lagi berlandaskan kata “Pokoke” tapi mengetahui kebutuhan buruh,” tandas Noor Khozin. (J02/A01)