Jurnalpantura.id, Kudus – Semua orang mempunyai hak untuk bekerja, namun banyak perusahaan yang mempekerjakan pekerja berdasarkan penampilan dan latar belakang pendidikan.
Permasalahan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas tidak hanya di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan seterusnya, dalam hal mencari pekerjaan.
Akses pendidikan formal dan non-diskriminatif bagi penyandang disabilitas dijamin oleh Undang-Undang Nomor 20. Pendidikan inklusif berlaku untuk semua jenjang pendidikan, dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi.
Program pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Disabilitas Kudus bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi, keterampilan kerja, dan integrasi sosial penyandang disabilitas.
Pelatihan kerja memiliki dampak besar dalam meningkatkan kepercayaan diri pada penyandang disabilitas dalam berinteraksi sosial. Pelatihan ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan keterampilan baru sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, sehingga meningkatkan kepercayaan diri mereka terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Untuk memperkuat kepercayaan diri, pelatihan kerja ini digabung dengan pelatihan motivasi berprestasi (AMT) telah terbukti memberikan efek positif.
AMT bertujuan untuk meningkatkan penerimaan diri sehingga individu dapat menyadari potensi mereka meskipun memiliki kekurangan. Penerimaan diri ini terutama penting dalam dunia kerja, di mana kepercayaan diri merupakan salah satu kunci kesuksesan.
Pelatihan kerja yang terstruktur memberikan peserta rasa bahwa mereka tidak kalah dibandingkan orang lain. Dengan pendekatan ini, pelatihan pekerjaan tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, namun juga berkontribusi pada kekuatan mental dan kepercayaan diri penyandang disabilitas.
Pelatihan ini membuat penyandang disabilitas merasa lebih dihargai sebagai individu yang dapat berkontribusi baik di tempat kerja maupun di masyarakat. Pengalaman ini membantu mengurangi kecemasan dan ketakutan terhadap penilaian sosial, yang sering kali menjadi penghalang utama dalam interaksi sosial.
Secara keseluruhan, pelatihan kerja merupakan sarana penting, tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan teknis, namun juga untuk membangun kepercayaan diri yang kuat dalam kehidupan sosial.
Setelah mengikuti pelatihan kerja, penyandang disabilitas mengalami perubahan dengan mereka diterima oleh masyarakat.
Lingkungan masyarakat yang sebelumnya cenderung diskriminatif terhadap para penyandang disabilitas kini menjadi lebih terbuka dan menerima keberadaan mereka. Penerimaan ini menciptakan suasana yang lebih inklusif, di mana mereka merasa nyaman bersosialisasi dan bekerja dalam keadaaan yang mendukung.
Bukti nyata kemampuan mereka membangun kepercayaan dari lingkungan sekitar, sehingga diskriminasi berkurang dan tercipta hubungan yang lebih harmonis antara teman-teman disabilitas dengan masyarakat maupun lingkungan kerja.
Upaya pengembangan kompetensi bagi penyandang disabilitas merupakan suatu upaya yang mendesak dan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan berkeadilan.
Artikel ini ditulis Khoirun Nisa’, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus