Jurnalpantura.id, Kudus – Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah, Kudus memiliki potensi ekonomi yang cukup besar namun tetap menghadapi tantangan dalam pengembangan sektor-sektornya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah setempat telah merumuskan berbagai strategi untuk mempersiapkan masa depan ekonomi Kudus yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Upaya ini melibatkan diversifikasi ekonomi, pengembangan UMKM, serta penguatan sektor pariwisata dan industri kreatif.
Salah satu langkah pertama yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Kudus adalah mengurangi ketergantungan pada sektor rokok yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Menurut Penjabat (Pj) Bupati Kudus, Dr Muhammad Hasan Chabibie ST MSi, diversifikasi ekonomi merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk menghadapi fluktuasi pasar dan menjaga stabilitas ekonomi.
“Kita harus mencari peluang baru di sektor lain, seperti UMKM, pertanian, teknologi, dan pariwisata,” ujarnya.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah bagian integral dari perekonomian Kudus, menyerap sebagian besar tenaga kerja di kabupaten ini.
Pemerintah Kudus berupaya untuk memberikan dukungan bagi UMKM melalui pelatihan, akses permodalan, dan pemasaran.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Perindustrian dan Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Disnakerperinkop UKM) Kudus, Rini Kartika Hadi Ahmawati mengatakan, pihaknya juga memberikan akses bagi para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
“Kami telah me-launching website untuk pencari kerja dengan nama Sistem Informasi Pencari Kerja dan Pelatihan Keterampilan Kerja Kabupaten Kudus atau Si Cakep Ku,” ungkapnya.
Si Cakep Ku ini merupakan penyempurnaan dari system sebelumnya, yakni Sistem Informasi Pendataran Pelatihan (SITARLAT) dan Sistem Data UMKM Kabupaten Kudus (SIDUKU).
Keberadaan Si Cakep Ku bertujuan untuk menfasilitasi para pencari kerja.
Data hingga pertengahan 2024, jumlah pengangguran di Kabupaten Kudus tercatat sekitar 15.600 orang, tersebar di sembilan kecamatan
“Kami berharap, dengan adanya website Si Cakep Ku dapat mengurangi tingkat pengangguran, selain membantu menjembatani pencari kerja dan pemberi kerja,” terangnya.
Selain itu, pihaknya secara rutin juga menggelar program pelatihan kewirausahaan dengan melibatkan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi bisnis.
Melalui pelatihan ini, pelaku UMKM diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka.
“Kita ingin memastikan bahwa UMKM di Kudus mampu bersaing di pasar lokal dan nasional,” kata Rini.
Selain itu, pemerintah mendorong kolaborasi antara UMKM dan perguruan tinggi untuk menciptakan inovasi produk yang lebih menarik.
Dengan memanfaatkan teknologi, produk lokal dapat lebih mudah diakses oleh pasar yang lebih luas, termasuk melalui platform e-commerce.
Dalam lima tahun terakhir, jumlah UMKM di Kudus mengalami peningkatan cukup signifikan.
Jumlah seluruh UMKM di Kudus tahun 2019 sebanyak 15.095, meningkat menjadi 18.277 pada 2023.
Sementara itu, sektor pariwisata juga menjadi salah satu fokus utama dalam usaha menyiapkan masa depan ekonomi Kudus.
Pemerintah telah mengidentifikasi beberapa destinasi wisata potensial yang perlu dikembangkan, seperti Menara Kudus dan tempat wisata religi lainnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, upaya promosi wisata Kudus melalui berbagai even budaya dan festival lokal telah meningkat.
Terakhir, Disbudpar Kudus menggelar pameran temporer bertajuk “Kretek Dalam Peta Kebangsaan” yang berlangsung akhir Oktober 2024 lalu.
Kegiatan yang berlangsung di Museum Kretek Kudus ini dirancang untuk mengedukasi masyarakat untuk mengenai sejarah dan budaya kretek, sekaligus memberikan ruang bagi pelaku industry dan UMKM untuk berpartisipasi dan memamerkan produk mereka.
Kepala Disbudpar Kudus Mutrikah mengatakan, pameran didukung oleh berbagai perusahaan swasta dan pelaku ekonomi kreatif.
“Kami mengambil Lokasi di Museum Kretek, sekaligus memperkenalkan sejumlah potensi wisata yang ada di Kota Kudus,” terangnya.
Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kunjungan wisatawan ke Kudus menunjukkan tren positif, yang berdampak pada peningkatan ekonomi lokal.
“Kami berencana untuk membangun fasilitas pendukung seperti hotel dan restoran yang berkualitas untuk menarik lebih banyak wisatawan,” beber Mutrikah.
Ia juga menekankan pentingnya sinkronisasi antarinstansi atau lembaga, untuk kemajuan di berbagai sektor guna mendukung masa depan ekonomi berkelanjutan di Kudus.
Dicontohkan, untuk pembangunan dan pengembangan destinasi pariwisata, tidak bisa hanya dilakukan dinas terkait.
Perlu juga adanya sinkronisasi untuk pembangunan infrastruktur yang memadai, dan itu melibatkan instansi lain.
“Kalau berjalan sendiri- sendiri tanpa ada sinkronisasi, maka apa yang tengah diusahakan menjadi kurang maksimal.”
Plt Kabid Pariwisata Disbudpar Kudus Esti Aristiana Sukmawati menambahkan, pihaknya terus berusaha untuk menarikm para wisatawan untuk datang ke Kudus yang secara tidak langsung akan mengangkat dan memberdayakan perekonomian setempat.
Saat ini di “Kota Kretek” Kudus terdapat sekitar 40 hotel, dengan jumlah destinasi wisata sebanyak 30 lokasi termasuk yang dikelola pihak swasta, serta 30 desa wisata.
Adanya even di Kudus seperti Audisi Bulutangkis Beasiswa Djarum Foundation yang digelar setiap tahun dan diikuti hampir dua ribu peserta, juga memberikan dampak positif.
“Hotel dan restoran di Kudus menjadi penuh, bahan sebagian memanfaatkan penginapan atau homestay milik warga,” paparnya, didampingi Support Destinasi Wisata Disbudpar Kudus, Aflah.
Dalam rangka mendukung sektor pariwisata, pemerintah juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pariwisata berkelanjutan dan pelestarian budaya.
Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, diharapkan mereka dapat merasakan langsung manfaat dari kunjungan wisatawan.
Selama tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan di Kudus mencapai 3.067.493 orang, terdiri dari wisatawan lokal 3.067.309 orang dan wisatawan mancanegara 184 orang.
“Tahun 2024 ini, kami harapkan mengalami peningkatan cukup signifikan,” tegasnya.
Pemerintah juga mengidentifikasi potensi sektor pertanian yang bisa dikembangkan lebih lanjut.
Kudus memiliki tanah subur dan iklim yang mendukung untuk pertanian organik.
Dengan meningkatnya permintaan akan produk sehat, inisiatif untuk mempromosikan pertanian organik diharapkan dapat memberikan peluang ekonomi baru bagi petani lokal.
“Bagi kami penting adanya sinergitas dengan instansi lain. Misalnya, kita dapat membuat pupuk organik dengan memanfaatkan sampah yang ditangani Dinas Lingkungan Hidup,” tambah Kabid Pertanian dan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Agus Setiawan.
Menghadapi tantangan global, Kudus tidak tinggal diam. Pemanfaatan teknologi menjadi bagian penting dalam strategi pembangunan ekonomi.
Pemerintah kabupaten telah menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga penelitian untuk mengembangkan inovasi yang mendukung sektor-sektor unggulan.
Misalnya, penggunaan teknologi digital dalam pertanian dan pemasaran produk lokal.
Inisiatif Smart Village juga akan diperkenalkan untuk mendorong penggunaan teknologi informasi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan efisiensi produksi.
Dengan memanfaatkan aplikasi dan platform digital, petani dapat memasarkan produk mereka secara langsung kepada konsumen, mengurangi rantai distribusi yang panjang.
Keberhasilan upaya-upaya ini sangat bergantung pada keterlibatan seluruh elemen masyarakat dan stakeholder.
Pemerintah Kabupaten Kudus mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam program-program pembangunan ekonomi melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik.
“Kami percaya bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta adalah kunci untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan,” tandas Pj Bupati Kudus, Muhammad Hasan Chabibie.
Partisipasi aktif masyarakat juga sangat penting dalam pelaksanaan program-program tersebut, dan masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan dan ide-ide kreatif untuk pembangunan daerah khususnya di wilayah Kudus.