Jurnalpantura.id, Kudus – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus mencatat bahwa daerah ini mengalami deflasi sebesar 0,99 persen pada Februari 2025.
Meskipun demikian, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus memastikan bahwa kondisi ekonomi tetap stabil dan daya beli masyarakat masih terjaga.
Fungsional Statistisi Madya BPS Kudus, Kusuma Agung Handaka, mengungkapkan bahwa deflasi bulan Februari 2025 disebabkan oleh penurunan harga pada beberapa komoditas, terutama tarif listrik yang menyumbang 1,05 persen terhadap deflasi.
“Selain tarif listrik, komoditas lain yang turut menyumbang deflasi antara lain cabai merah sebesar 0,07 persen, bawang merah 0,05 persen, daging ayam ras 0,04 persen, serta telur ayam ras 0,02 persen,” jelas Kusuma, Selasa 04/03/2025.
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi, seperti emas perhiasan, bensin, sigaret kretek mesin (SKM), kue basah, dan martabak.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kudus, Djatmiko Muhardi, menegaskan bahwa meskipun terjadi deflasi selama dua bulan berturut-turut, daya beli masyarakat tetap aman.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang masih positif dan ketersediaan bahan pokok yang stabil.
“Harga beberapa komoditas memang mengalami fluktuasi, tetapi stok kebutuhan pokok masih aman. Kami juga terus memantau kondisi pasar dan memastikan distribusi berjalan lancar,” katanya.
Djatmiko menambahkan bahwa Kudus bukan merupakan daerah penghasil berbagai komoditas pokok, sehingga pasokan sangat bergantung pada distributor dari luar daerah. Oleh karena itu, Pemkab Kudus berupaya menjaga agar iklim perdagangan tetap kondusif.
“Kami berharap distributor tetap nyaman bertransaksi di Kudus agar stok kebutuhan pokok tetap terjaga dan stabil,” tambahnya.
Deflasi di Kudus juga sejalan dengan tren yang terjadi di beberapa daerah lain di Jawa Tengah, seperti Cilacap (-0,74 persen), Purwokerto (-0,52 persen), Wonosobo (-0,62 persen), Wonogiri (-1,36 persen), Rembang (-0,95 persen), Surakarta (-0,73 persen), Semarang (-0,64 persen), dan Tegal (-0,95 persen).
Dengan kondisi ekonomi yang masih terjaga, Pemkab Kudus optimistis bahwa daya beli masyarakat akan tetap stabil meskipun terjadi penurunan harga pada beberapa komoditas tertentu. (J02/A01)