Aktivis Anti Kekerasan dari 10 Negara Kunjungi Madrasah di Pati

- Jurnalis

Jumat, 28 Juni 2024 - 22:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aktivis anti kekerasan dari berbagai negara kunjungi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan (Foto:JP)

Aktivis anti kekerasan dari berbagai negara kunjungi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan (Foto:JP)

Jurnalpantura.id, Kudus – Sejumlah aktivis anti kekerasan anak dari berbagai negara mengunjungi Pati pada Jum’at 28/06/2024.

Mereka tampak belajar dan melihat secara langsung di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan.

Para aktivis itu tampak menggelar diskusi bersama terkait pencegahan kekerasan pada anak. Sekolah itu sendiri dipilih lantaran dinilai memiliki sistem pembelajaran Hidup Tanpa Kekerasan (HTK) yang efektif.

Diantara aktivis itu terlihat datang dari negara Malaysia, Filipina, Myanmar, Australia, Kamboja, Amerika Serikat, Korea, Samoa, dan Nepal.

Selain peserta dari luar negeri diskusi tersebut juga diikuti oleh berbagai masyarakat etnis di Indonesia diantaranya Nusa Tenggara Timur, Papua, Flores dan Bima. Ada juga dari unsur guru dan penyuluh agama.

Petrus, koordinator rombongan menerangkan bahwa para aktivis yang hadir tergabung dalam naungan Rumah Damai atau Peace Place.

Kunjungan ke Desa Tondomulyo sendiri menjadi rangkaian workshop Creating Culture Justice And Peace atau membangun budaya damai yang diinisiasi oleh Rumah Damai.

Baca Juga :  Halal biHalal DPW PAN Jawa Tengah

“Teman-teman ingin bersama-sama membangun hidup damai antar umat beragama. Kami membagikan kekuatan kebaikan dari anak anak,” ujar Petrus.

Pengurus yayasan MI Miftahul Huda, Sunadi mengatakan sekolah yang ia kelola memang berupaya menerapkan metode pembelajaran yang berbasis anti kekerasan dan cinta lingkungan.

“Kami memilih metode tersebut lantaran di wilayah ini sempat mendapat predikat sebagai desa dengan tingkat kekerasan tertinggi di Jakenan,”ujarnya.

Sita, aktivis anti kekerasan anak asal Nepal mengaku cukup antusias melihat metode yang diterapkan di sekolah tersebut. Dia bahkan mengaku tertarik imgin belajar bagaimana bisa bekerjasama dengan anak kecil.

“Saya merasa sangat hangat dan aman berada di Indonesia,”imbuhnya.

Sementara Siti Fatimah dari Myanmar mengikuti program Peace Place Pati dengan harapan mampu menyerap ilmu dan menerapkan metode anti kekerasan dari Indonesia.

“Saya dari Myanmar. Disana terjadi banyak kasus kekerasan seperti yang anda ketahui. Makanya ingin belajar tentang hidup tanpa kekerasan dan menerapkannya di negara saya jika ada kesempatan,”tambahnya.(J08/A01)

Berita Terkait

Lima Mahasiswa IAIN Kudus Berangkat ke Program ITHLA Abroad di Asia Tenggara
Pegadaian Peduli Liga 2 Kunjungi Kudus, Gelar Penanaman Pohon hingga Coaching Clinic
Pj Bupati Nonaktifkan Munawir Aziz sebagai Staf Khusus Pemkab Kudus
Layak Pimpin Jateng, Emak-emak di Kudus Deklarasi Dukung Sudaryono Jadi Gubernur
Polsek Kudus Kota Ungkap Sejumlah Kasus, Mulai Penipuan Hingga Curanmor
Tetap Kompak dan ‘Seduluran Selawase’, Mantan Kepala Desa se Kudus gelar Halal Bihalal
Penuhi Stok yang menipis, PMI Kudus Buka Lapak Donor Darah di CFD
Janjikan Kerja di Kemenkumham, Wanita di Blora Terancam 4 Tahun Penjara
Berita ini 11 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 Oktober 2024 - 16:02 WIB

Lima Mahasiswa IAIN Kudus Berangkat ke Program ITHLA Abroad di Asia Tenggara

Minggu, 13 Oktober 2024 - 20:22 WIB

Pegadaian Peduli Liga 2 Kunjungi Kudus, Gelar Penanaman Pohon hingga Coaching Clinic

Kamis, 18 Juli 2024 - 11:35 WIB

Pj Bupati Nonaktifkan Munawir Aziz sebagai Staf Khusus Pemkab Kudus

Sabtu, 6 Juli 2024 - 16:51 WIB

Layak Pimpin Jateng, Emak-emak di Kudus Deklarasi Dukung Sudaryono Jadi Gubernur

Rabu, 3 Juli 2024 - 14:33 WIB

Polsek Kudus Kota Ungkap Sejumlah Kasus, Mulai Penipuan Hingga Curanmor

Berita Terbaru