Jurnalpantura.id, Kudus – Cerita menarik datang dari Teater Cordova SMPIT Al Islam yang berhasil memukau penonton dalam Festival Teater Pelajar (FTP) Kabupaten Kudus, yang diselenggarakan sejak Oktober 2024 lalu.
Meski harus menghadapi latihan teater yang padat, para pemeran dan kru tetap dapat memenuhi kewajiban utama mereka, yakni setoran hafalan Al Quran.
Hal ini menjadi bukti bahwa di SMPIT Al Islam, seni dan pendidikan agama bisa berjalan beriringan.
Kepala SMPIT Al Islam Kudus, Fika Indriani, menjelaskan bahwa meskipun latihan teater sangat intensif, mereka tetap memastikan bahwa target hafalan Al Quran para siswa tidak terganggu.
“Jadi memang saya wanti-wanti kalau mengganggu (setoran hafalan Al Quran) saya berhentikan,” kata Fika, yang mengawasi langsung perkembangan siswa dalam kedua bidang tersebut.
Bahkan, Kukuh Satria Setiyawan, pemeran utama laki-laki, berhasil menyetor hampir 10 juz, sementara Farah Ashilah Kamelia pemeran Zelda, menyetorkan 5 juz.
Meski Teater Cordova baru terbentuk pada Agustus 2024, tepat setelah pengumuman FTP, mereka berhasil menembus babak final dan menjadi salah satu dari lima besar, bersaing dengan 23 kelompok teater dari sekolah-sekolah tingkat SMP lainnya.
“Alhamdulillah, meskipun baru terbentuk, kami bisa masuk final. Ini sangat membanggakan,” ungkapnya.
Untuk menjaga keseimbangan antara latihan teater dan hafalan Al Quran, para siswa harus memiliki strategi waktu yang efektif. Latihan teater dilakukan pada sore hingga malam hari setelah waktu belajar dan mengaji.
Hal ini memungkinkan mereka tetap memenuhi kewajiban hafalan, sambil tetap menunjukkan kualitas performa dalam setiap latihan.
Namun, perjalanan mereka tidak tanpa tantangan. Fika mengungkapkan adanya kendala dalam penyesuaian peran, terutama terkait norma-norma sekolah Islam yang membatasi interaksi antara siswa laki-laki dan perempuan.
“Kami membatasi apapun itu antara siswa laki-laki dan perempuan, sedangkan dalam peran teater itu harus membangun chemistry,” ujar Fika.
Naskah yang mereka tampilkan berjudul Liang Langit karya Asa Jatmiko, yang menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang tengah diuji dalam krisis ekonomi dan sosial.
Meskipun terdapat adegan yang melibatkan interaksi suami istri, pihak sekolah memastikan bahwa segala interaksi tersebut tetap sesuai dengan prinsip-prinsip Islami.
“Kami tetap membuat agar tidak ada sentuhan yang melanggar norma, namun tetap membuat penonton merasakan chemistry antar tokoh,” jelas Fika.
Keberhasilan Teater Cordova dalam FTP ini menunjukkan bahwa seni dan nilai-nilai Islami bisa berpadu harmonis. Uswatun Khasanah, sutradara sekaligus ustadzah di SMPIT Al Islam, mengungkapkan bahwa kerja keras seluruh tim menjadi kunci sukses pementasan ini.
“Kami ingin memastikan cerita tetap relevan, namun tidak melenceng dari prinsip yang kami pegang. Modifikasi ini adalah tantangan besar, tetapi alhamdulillah semua dapat kami atasi dengan baik,” ujarnya. (J05/A01)