Jurnalpantura.id, Kudus – Getuk Nyimut menjadi potensi kuliner di Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus yang sudah tersohor kenikmatan rasanya. Tidak hanya di masyarakat Kudus, tapi juga pengunjung dari luar daerah.
Getuk Nyimut sendiri diolah dari bahan dasar ketela pohong yang dikukus, dibentuk bulat, lalu digoreng dengan isian gula putih. Getuk ini sangat lezat saat dinikmati sewaktu masih hangat. Gula yang mencair di dalam adonan ketela, menyatu di dalam mulut.
Saat ini, getuk nyimut khas Desa Kajar sudah mengalami perkembangan dalam varian rasa. Berbagai warung mencoba memberikan sentuhan inovasi, untuk menciptakan pengalaman rasa yang baru bagi para pencinta kuliner getuk nyimut.
Salah satunya, yakni Pondok Gethuk Pak San. Pondok getuk ini sudah berdiri sejak tahun 2012 dan pemrakarsa inovasi getuk varian rasa cokelat pada masa itu. Pondok ini, merupakan salah satu dari tiga warung getuk yang baru ada pada saat itu.
“Dulu cuma ada tiga warung saja, sekarang sudah pulahan, banyak,” ujar Fauzul Muna, owner Pondok Gethuk Pak San generasi kedua.
Tiga warung getuk yang ada saat itu, termasuk Pondok Gethuk Pak San. Namun, hanya orangtua Muna atau Pak San yang saat itu nekat menciptakan rasa baru untuk getuk nyimut.
“Kalau getuk nyimut khasnya kan isinya gula, tapi dulu sini satu-satunya yang ada varian rasa cokelat,” katanya.
Tak Disangka, banyak pengunjung yang menyukai getuk rada cokelat tersebut. Sehingga, getuk miliknya sangat digandrungi oleh pecinta kuliner dan setiap weekend pasti ramai pengunjung.
“Kalau sekarang ada varian baru lagi, ada saus alpukat dan getuk krispi,” tuturnya.
Muna membeberkan, nama getuk nyimut sendiri tercetus dari pelanggan yang kala itu melihat bentuk getuk yang bulat dan menilai sangat imut atau lucu. Sehingga terkenal dengan nyimut.
“Saking senangnya melihat getuk bulat-bulat, jadinya langsung disebut nyimut atau imut,” terangnya. (J05/A01)