Jurnalpantura.id, Kudus – Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Kudus berkomitmen untuk berperan aktif dalam mengatasi permasalahan sampah organik yang dihasilkan dari lingkungan pasar.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengembangkan budidaya maggot di Pasar Hewan Desa Gulang, Kecamatan Mejobo. Upaya ini diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang dalam pengelolaan sampah organik yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Disdag Kudus, Andi Imam Santosa, menjelaskan bahwa selama ini sampah organik di pasar memang telah dikelola oleh PT Djarum yang secara rutin mengambil dan mendaur ulang sampah tersebut.
Namun, Andi menekankan bahwa pihaknya ingin berinovasi dan tidak hanya bergantung pada pihak luar.
“Sebagian besar sampah organik memang dibawa oleh Djarum, namun kami juga berupaya menciptakan gerakan untuk mengurangi sampah,” ungkap Andi.
Budidaya maggot yang tengah dikembangkan oleh Disdag Kudus ini dimulai sejak 1 Februari 2025 di area Pasar Hewan Desa Gulang. Meskipun perintisannya dimulai pada akhir tahun lalu, baru pada bulan Februari ini kegiatan budidaya maggot secara resmi dimulai.
“Kami dari pemerintah ingin melakukan langkah kecil dalam pengelolaan sampah. Meskipun dimulai dari yang kecil, harapan kami ini bisa berdampak besar,” lanjutnya.
Maggot, yang berasal dari telur lalat, tumbuh sangat cepat dan mengonsumsi sampah organik, terutama bahan-bahan seperti sayuran dan sisa makanan.
Dalam siklus hidupnya, maggot akan berkembang menjadi larva dan menghabiskan waktu tiga hingga tujuh hari sebelum berubah menjadi lalat dewasa melalui proses pupa.
“Ini sudah memasuki tahap pupa dan bahkan sudah menghasilkan lalat,” kata Andi dengan penuh optimisme.
Disdag Kudus telah merawat sekitar 150 box budidaya maggot, dengan masing-masing box berisi 3 hingga 4 kilogram maggot. Jika dihitung, jumlah maggot yang sedang dibudidayakan saat ini mencapai sekitar 300 kilogram.
“Saat ini, kami sedang fokus untuk memutarkan telur maggot terlebih dahulu. Kami belum memikirkan segi ekonomi, yang penting sekarang adalah menjaga kelangsungan siklus maggot ini,” ujarnya.
Menurut Andi, pengelolaan limbah organik di lingkungan sekitar pasar, seperti dari warung makan dan rumah tangga, masih cukup sulit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya peternak atau budidaya maggot lain yang juga membutuhkan limbah organik sebagai bahan pakan maggot.
“Kami berharap, dengan adanya kerja sama dari berbagai pihak dalam pengelolaan sampah organik, lingkungan pasar di Kudus bisa lebih bersih dan sehat,” harap Andi. (J05/A01)