Jurnalpantura.id, Kudus – Seleksi perangkat desa di Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus akan menggunakan tes dengan metode lembar jawab komputer (LJK).
Desa Ngembalrejo akan menjadi satu-satunya yang menyelenggaran tes LJK, dari 90 desa yang menggelar seleksi perangkat desa. Sedangkan 89 desa lainnya akan menggunakan metode Computer Assisted Test (CAT).
Desa Ngembalrejo nantinya akan bekerjasama dengan Politeknik Negeri Semarang (Polines) dalam penyelenggaraannya. Tes pun akan dilakukan dengan transparansi tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Ketua Panitia Seleksi Perangkat Desa dari Polines, Endro Wasito menyampaikan, proses penilaian bisa disaksikan langsung usai mengerjakan soal. Lembar jawab nantinya akan dilakukan proses scan, sehingga hasilnya bisa disaksikan secara langsung.
“Jadi nanti proses scan di sini, pintu terbuka. Peserta bisa melihat proses scan secara langsung,” ungkap Endro sesaat sebelum ujicoba tes seleksi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus pagi ini, Senin (13/2/2023).
Adapun peserta yang akan mengikuti tes seleksi perangkat desa di Desa Ngembalrejo berjumlah 76 peserta. Mereka akan dibagi ke dalam dua sesi pada pelaksanaan besok, Selasa (14/2/2023).
“Peserta itu boleh melihat proses scanning di sini. Jadi LJK selesai dikerjakan, siapa saja yang menyentuh itu bisa kelihatan,” ungkapnya.
Endro menjelaskan, dalam proses tes seleksi besok akan ada tiga materi yang diujikan. Pertama terkait psikologi atau psikotes, kemudian tentang pengetahuan umum dan pengetahuan khusus.
Di 50 menit pertama, peserta akan mengikuti tes psikologi. Dilanjut dengan tes pengetahuan umum dan khusus selama 100 menit. Begitupun sama dengan yang dilakukan pada tes sesi kedua.
“Kita inginnya semua transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi. Sebelumnya kita juga sama waktu mengadakan pendaftaran mahasiswa baru, semuanya transparan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ngembalrejo, Moh Zakaria memang sengaja memilih metode tes LJK. Alasannya, dengan LJK, jawaban para peserta bisa dibuktikan. Artinya ada bukti fisik yang bisa diperlihatkan terkait hasil yang didapatkan. Sehingga tidak ada lagi prasangka kurang baik nantinya.
“Sekarang butuhnya kan transparan, terbuka untuk umum, khalayak ramai. Tokoh masyarakat bisa menyaksikan. Tidak ada titip-titipan dan sebagainya,” tegasnya. (J05/A01)