Tanah yang cukup subur di wilayah Kabupaten Kudus membuat komunitas petani pisang Kudus yang dipelopori oleh Sukanto warga Mlati Kidul, Kec kota kabupaten Kudus.
Mereka memberikan contoh dan sosialisai agar para petani mau membudidayakan pisang sebagai salah satu komoditas unggulan dan memilki profit yang tinggi.
Jenis pisang yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran adalah pisang raja, pisang ambon, kepok pipit dan pisang susu, Sukanto sendiri telah memulai menanam pohon pisang raja di lahan pertanian seluas 5000 M2 di daerah Mlati Kidul Belakang komplek perkantoran Mejobo Kudus.
Berdasarkan pengakuan Sukanto, mengawali usaha Berkebun pisang baru sekitar satu tahun.Ia mulai melirik dan akhirnya terjun dan menanam tanaman buah pisang ini setelah melihat prospek bertani pisang yang cukup menjanjikan.
Sukanto sendiri tidak memiliki latar belakang di dunia pertanian namun dia memiliki kecintaan dalam bidang pertanian, sehingga karena suka akhirnya memiliki semangat untuk belajar bidang pertanian, belajar dari teman dan juga melalui browsing di internet, tidak hanya sekedar teori tapi sekaligus praktek terjun bertani pisang.
Saat ini telah memiliki 800 pohon pisang dengan tumpangsari cabe rawit dan menanam berbagai jenis polowijo dan tanaman sayuran lainnya.
Sukanto sendiri memiliki opsesi dan cita-cita untuk bertani secara professional sudah cukup lama.Sebelumnya dia seorang guru akutansi di sebuah sekolah Taman Siswa di Kudus. Dari pengalaman mengajar disekolah selama 35 tahun, dia selalu memberikan bimbingan dan pelajaran kepada para siswa siswinya tentang ekonomi dan akutansi, dengan harapan ilmunya bisa dimanfaatkan bagi para siswanya untuk praktek langsung dilapangan.
Dari pengalamannya itulah bersama anaknya Hestitunggal giat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada para petani disekitar nya untuk bertani yang produktif salah satunya adalah bertani pisang raja.
‘’Kebetulan mlati Kidul dekat persawahan, jadi memang pas kalau kemudian saya terinspirasi menjadi petani pisang,’’ jelasnya.Ia sendiri mulai menanam pisang di mLati Kidul ini baru 9 bulan lalu.
Awalnya dia melihat kondisi tanah di malti Kidul.Setelah diamati, ternyata tanah itu cukup subur untuk ditanami pisang raja yang berpotensi untuk diekspor.Dengan modal yang cukup, akhirnya bibit mulai didatangkan dan ditanam.
“Untuk merawat pisang, perlu teknik khusus. Misalnya, kontrol setiap hari, kebutuhan air harus cukup. Saat berbuah, buah pisang harus dijaga agar tidak dimakan oleh serangga atau terserang hama,” ungkapnya, Bahkan saya setiap pagi selalu melakukan kontrol rutin, satu persatu pohon pohon pisang saya cek, sambil mencabuti rumput, dan melihat pohon pohon yang terkena hama ulat ataupun lainnya, tambahnya.
Sukanto sendiri saat ini mulai menganalisa dan menghitung, prospek bertani pisang ini cukup cerah, dari menjual bibitnya saja sudah untung atau balik modal, “setelah saya amati satu persatu, pisang baru usia 4 bulan saja sudah mulai tumbuh tunas baru, ada yang 2 ada yang 3 tunas, bahkan ada yang 4 tunas, kalau dibuat rata rata 2 tunas per pohon maka tahun depan dari 800 pohon ini akan menjadi lebih dari 2 ribu pohon pisang” terangnya.
Dari hasil surve di pasar tradisional sekitar Kudus, harga pisang raja cukup fantastis, satu tandan dengan isi 12 sisir bisa laku di atas 120.000, tergantung type dan jumlah sisirnya.
“Marketnya tidak hanya di Kudus saja. Tapi di Semarang, Jogjakarta, Bandung sudah banyak yang meminta. Kalau lokal yang minat kebanyakan diri bakul bakul atau toko toko buah’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, usia panen pisang raja juga beraneka ragam. Bisa jadi, 10-11 bulan baru melakukan panen. Dengan begitu, petani yang menanam pisang jenis ambon bisa menuai untung.
“Saya kira di Kudus tanahnya cukup cocok untuk pisang jenis ini. Yang terpenting irigasi dan cara tanamnya yang pas,’’ pungkasnya. Bahkan Sukanta sendiri akan dengan senang hati menerima warga yang ingin berkonsultasi masalah pisang bisa menghubungi Hp 081914020218.(Taufiq/J02)