Jurnalpantura.id, Kudus – Lahan untuk pembangunan gedung perpustakaan daerah di Kabupaten Kudus mulai diuruk. Lahan tersebut berlokasi di kompleks Balai Jagong Kudus, dengan luas sekitar 7000 meter yang diuruk.
Penjabat (Pj) Bupati Kudus, M Hasan Chabibie menerangkan bahwa pembangunan gedung perpustakaan daerah tersebut mendapat kucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia.
“Untuk DAK mendapatkan Rp 10,6 miliar itu untuk pembangunan gedung saja di tahun 2025, untuk yang pengurukan tanah ini memakai APBD Kudus Tahun 2024 senilai Rp 967,9 juta,” ujar Hasan, Selasa, 24/12/2024.
Pj Bupati menambahkan, pengurukan tanah akan dilanjutkan tahun depan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kudus Tahun 2025, yang mana masih tersisa lahan sekitar 6000-an meter yang belum diuruk.
“Untuk tempatnya memang diserahkan ke Pemda (pemerntah daerah), tempatnya di sini (komplek Balai Jagong) dan sekarang kita cek. Support (DAK) dari Perpusnas hanya untuk pembangunan gedung, tanahnya kita yang menyiapkan,” terangnya.
Pihaknya pun memastikan bahwa pengerjaan proyek pembangunan gedung perpustakaan ini akan taat hukum. Sehingga, empat bangunan baru yang difungsikan untuk tempat pelayanan dan perpustakaan bisa terwujud dengan optimal.
“Saya minta tolong di inspektorat atau di APH (aparat penegak hukum) untuk melakukan pendampingan proyek strategis ini, supaya proses pengerjaannya sesuai dengan prinsip good goverment, termasuk kalau nanti ada kendala,” tandasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kabupaten Kudus, Fiza Akbar menambahkan bahwa DAK senilai Rp 10,9 miliar hanya cukup untuk pembangunan gedung fisik saja. Sehingga, selainnya dianggarkan melalui Pemda.
“Kalau kecukupan anggaran memang belum, hitungan kami itu sekitar Rp 20 miliar itu pun gedungnya, belum lainnya seperti musala, parkir dan pos keamanan,” paparnya.
Empat bangunan di perpustakaan baru nantinya akan difungsikan dengan optimal. Tidak hanya untuk penyimpan buku-buku, tetapi juga dihadirkan untuk ruang seminar, pelayanan maupun kegiatan pertemuan yang berkaitan dengan literasi masyarakat.
“Harapannya, setelah gedung itu jadi, bisa jadi tempat untuk aktivitas masyarakat yang berisfat literasi, seminar, diskusi, hiburan dan lainnya,” tukasnya. (J05/A01)