Bersyukur Hidup di Indonesia, Cerita Istri Kapolres Kudus Usai Bertugas di Unamid

Jurnalpantura.id, Kudus – Brigadir Mashita Cherani Asaat Said Ali (30) menjadi satu dari 14 Polisi Wanita (Polwan) yang terpilih sebagai Formed Police Unit United Nations-African Union Mision in Darfur (FPU Unamid).

Selama satu tahun enam bulan, Polwan yang berdinas di Staf SDM Polda Sulteng bertugas sebagai anggota Satgas Garuda Bhayangkara 11 FPU UNAMID di daerah konflik, Golo, Sudan Utara, Afrika.

Sebagai anggota pasukan perdamaian PBB sekaligus tim Polwan pertama yang diberangkatkan ke misi perdamaian PBB, tidak diterima dengan mudah.

Selama Satu Tahun Enam Bulan, Istri Kapolres Kudus menjadi Anggota Satgas Garuda Bhayangkara 11 FPU UNAMID di daerah konflik, Golo, Sudan, Afrika (Foto:Istimewa)

Kepada media yang menemui di Rumah Dinas Kapolres Kudus, Brigadir Mashita menceritakan proses awal sehingga terpilih menjadi Pasukan Perdamaian.

“Seleksi ketat dan harus menjalani latihan yang menguras fisik dan mental di Cikeas, harus dijalani,” Kata Brigadir Mashita Cherani Asaat Said Ali. Rabu 14/10/2020.

Tidak hanya dilatih menjaga fisik dengan selalu mengenakan body vest dan senjata seberat 15 kilogram.

“Di Sudan kita terbiasa mendengarkan desingan peluru dan mortir. Bahkan kita jadi tahu dari mana asal suara peluru atau mortir itu berasal,” Ungkapnya.

Selain itu, sebagai pengantin baru, Brigadir Mashita harus rela berjauhan dengan sang suami, AKBP Aditya Surya Dharma yang saat itu baru lima hari menjalani pernikahan.

Kepada awak media Brigadir Mashita Cherani Asaat Said Ali menceritakan pengalaman menjadi pasukan perdamaian (Foto:J02)

Berangkat pada 08/03/2019, Polwan cantik kelahiran Surabaya, kembali ke tanah air pada 06/09/2020.

Selama bertugas di Sudan, menjadikan istri dari Kapolres Kudus ini semakin cinta tanah air dan selalu bersyukur atas berkah yang diterima negaranya Indonesia.

Di Golo, Sudan kita merasakan langsung kegetiran dan kesulitan hidup warganya. Tak hanya perang saudara namun kekeringan dan kelaparan dialami oleh warga di sana.

“Kita di Indonesia harus banyak bersyukur tidak mengalami kejadian seperti di Sudan sana,” Tutupnya. (J02/A01)

Komentar