Jurnalpantura.id, Kudus – Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 memasuki hari kedua. Ratusan calon penerima beasiswa bulutangkis Bakti Olahraga Djarum Foundation yang terbagi dalam dua kelompok usia, U-11 (di bawah usia 11 tahun) dan U-13 (di bawah usia 13 tahun), kembali mendatangi GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Senin 18/11/2019 pagi, untuk melanjutkan perjuangan mereka di Tahap Turnamen.
Setibanya di tempat yang dituju, para pebulutangkis belia ini seolah enggan menghabiskan waktu. Melakukan pemanasan, mengayun raket, bahkan beberapa di antara mereka yang sudah saling sparring di berbagai sudut ruang GOR. Tepat pukul 09:00 WIB, Tahap Turnamen pun dimulai dengan dipantau langsung oleh Tim Pencari Bakat yang terdiri dari para legenda bulutangkis Indonesia dan tim pelatih PB Djarum.
Diketuai oleh Christian Hadinata, Tim Pencari Bakat terus melakukan pemantauan terhadap 317 pebulutangkis muda yang bertarung di tahap ini, setelah sehari sebelumnya melakukan proses penjaringan bibit-bibit pebulutangkis melalui Tahap Screening. Selain Christian, tim ini juga diisi Tan Joe Hok, Liem Swie King, Kartono, Herjanto Saputra, Eddy Kurniawan, Lius Pongoh, Basri Yusuf, Richard Mainaky, Rionny Mainaky, Aryono Miranat, Eddy Hartono, Fung Permadi, Antonius B Ariantho, Denny Kantono, Hariyanto Arbi, Yuni Kartika, Liliyana Natsir, Fran Kurniawan, Ronald Sanduan, dan Komala Dewi.
Di Tahap Turnamen, para peserta bertanding sebanyak dua kali sesuai kategori umur dengan sistem full games (poin 21 atau sampai dengan selesai). Usai pertandingan di masing-masing hari tersebut, akan diumumkan para peserta yang lolos ke babak berikutnya. “Setelah Tahap Screening semakin terlihat pemain-pemain bagus dan berbakat. Di tiap kota-kota Audisi Umum pun juga sama, terlebih di Kudus ini, bahwa di Tahap Turnamen mereka saling berlomba dan bersaing untuk meraih beasiswa bulutangkis,” jelas Liem Swie King, ditemui di GOR Djarum, Jati, Kudus, Senin (18/11).
“Untuk anak usia di bawah 11 tahun, berani tampil di lapangan dengan semangat juang yang tinggi, bagi saya itu luar biasa. Tapi nanti, kelak yang penting bagi anak-anak ini adalah pembinaannya,” tutur King, yang kali pertama bermain bulutangkis dengan raket papan di toko sepeda milik ayahnya di kawasan Jalan Sunan Kudus.
King yakin, pada Tahap Turnamen pamungkas Audisi Umum di Kudus, Selasa 19/11/2019, sengitnya persaingan antar-peserta untuk mendapatkan Super Tiket akan semakin terpampang jelas. Pemilik julukan “King Smash” ini berharap, mata rantai pembibitan atlet-atlet bulutangkis tidak putus di tengah jalan.
“Saya tetap menaruh keyakinan bahwa Audisi Umum ini akan terus berlanjut, karena manfaatnya banyak sekali bagi masyrakat Indonesia. Di sisi lain, butuh kerja keras untuk mencari bibit-bibit berbakat dalam olahraga bulutangkis yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan Indonesia,” jelasnya.
Sebanyak 48 peserta berhasil lolos Tahap Turnamen di hari kedua Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 di Kota Kudus, dengan rincian 16 peserta di kelompok U-11 Putra, 8 peserta (U-11 Putri), 16 peserta (U-13 Putra), dan 8 peserta (U-13 Putri). Mereka akan kembali bertanding sebanyak dua kali di hari ketiga, Selasa (19/11), guna meraih Super Tiket menuju tahap Final Audisi di Kudus pada 20-22 November 2019.
Butet Penuhi Janji
Masih basah di ingatan publik Tanah Air, khususnya bagi para pecinta olahraga bulutangkis, ketika pada 27 Januari 2019 tagar #ThankYouButet menjadi trending topic di lini masa media sosial.
“Kekalahan itu tidak memalukan. Yang memalukan itu adalah menyerah,” Butet, sapaan akrab Liliyana Natsir berpesan kepada para penerusnya, di hari menyatakan resmi pensiun sebagai atlet. Mengenakan jaket merah yang dipadukan celana hitam, peraih medali emas pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini pun menyampaikan salam perpisahannya.
Usai gantung raket, Butet sejatinya tak jauh-jauh dari urusan olahraga tepok bulu. Perempuan kelahiran Manado yang menghabiskan 24 tahun berkarier sebagai atlet bulutangkis itu, kini berada di jajaran Tim Pencari Bakat. Butet menepati janjinya, mengamati dan menyaring bibit-bibit pebulutangkis calon juara dunia di lima kota Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019, yakni Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo Raya, dan Kudus.
Dalam sebuah acara bincang-bincang yang digelar di halaman depan GOR Djarum, Jati, Kudus, Butet mengungkap masa lalunya saat meniti karier bulutangkis di ibukota Jakarta.
“Kak Butet dari Manado ke Jakarta diantar sama Mama. Setelah itu Mama kembali pulang. Meski saya anak bungsu yang biasa dimanja, setelah ditinggal orangtua lalu dipaksa mandiri. Awalnya, rasanya dunia kiamat,” tuturnya.
“Kalau kangen kampung halaman, musti pergi ke wartel (warung telepon) untuk telepon interlokal ke Manado. Memang jaman sekarang yang sudah bisa video call,” tambah Butet, yang disambut tawa para penggemarnya.
Di hadapan ratusan anak dan orangtua yang menjejali muka panggung, Butet menyebut dirinya sebagai tipe manusia yang “tidak mau kalah”. “Tentunya dalam arti positif. Jika saya kalah hari ini, besok harus menang! Baru saya puas,” katanya.
Butet, yang kini juga bertugas sebagai Technical Adviser PB Djarum, menemukan banyak hal baru saat memikul tanggungjawab baru di Audisi Umum. “Dari balik meja Tim Pencari Bakat, saya kini yang menilai, memantau, lalu mencari, anak-anak yang bertanding di lapangan. Seperti kilas balik ke awal karier saya di Manado dulu, tapi bedanya tanggungjawab baru sebagai pencari bakat,” jelas Butet, yang mengakhiri kariernya dengan sederet gelar juara bergengsi.
Mengingat masa lalunya, nekat meninggalkan kampung halaman pada usia relatif masih belia, Butet lantas menyelipkan pesan bagi para pebulutangkis yang tengah berjuang melalui Audisi Umum di Kudus. “Dalam olahraga itu ada menang dan belum berhasil. Pada saat belum diterima, bukan berarti gagal total. Tetaplah semangat untuk terus berlatih, karena kalian masih punya kesempatan untuk mencoba lagi. Jangan cepat kecewa,” kata pebulutangkis yang sudah akrab dengan bulutangkis saat usianya baru menginjak 9 tahun.
“Ketika sudah berhasil masuk PB Djarum, disiplin menjadi hal yang utama. Kalian harus fokus latihan dengan giat. Jika pelatih kasih program, jangan tawar. Malah sebaliknya, tambah latihan jika dirasa kurang. Dan juga harus atur dengan baik istirahat dan makan,” demikian Butet berpesan. (J02/A01)