Jurnalpantura.id, Kudus – Ratusan Ribu bibit Tanaman keras dan tanaman produksi akan segera ditanam di kawasan bukit tandus Patiayam, kawasan yang dikenal sebagai situs gajah purba ini besok pada akhir bulan Januari tahun depan akan dilakukan Gerakan Serentak Penanaman Massal oleh Konsorsium Muria Hijau bersama kelompok Tani dan warga.
Upaya menjadikan bukit patiayam yang berada pada kategori gundul untuk dihutankan kembali terus gencar dilakukan, diantaranya oleh Konsorsium Muria Hijau, akademisi dan pemerhati lingkungan.
Tujuannya selain upaya menghijaukan kawasan gundul juga diharapkan dapat menjadi kawasan hutan agro, yang akan meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Ketua Konsorsium Muria Hijau Hendy Hendro HS, mengatakan, Konsorsium yang dipimpinnya bersama sejumlah lembaga pemerhati lingkungan dan masyarakat sedang berupaya maksimal merubah perbukitan Patiayam menjadi lahan hutan dengan membuat model wana tani atau yang dikenal dengan agroforestry.
“Agroforesty adalah campuran tanaman hutan, tanaman buah-buahan, dan tanaman semusim dengan harapan perbukitan patiayam bisa hijau sepanjang tahun, masyarakar bisa sejahtera dari hasil wana taninya,” kata Hendy yang juga Wakil Dekan pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) ini, Rabu 19/12/2018.
Dari pertemuan dengan pihak kecamatan dan desa disepakati bahwa awal tahun depan atau Januari 2019, kita akan mengumpulkan warga yg mengelola lahan perhutani yang kini nampak gundul itu dengan menggelar Gerakan Serentak Penanaman Pohon di Bukit Pati Ayam.
Pada musim tanam ini sudah tersedia bantuan bibit sebanyak 200 ribu pohon tanaman sengon, yang nantinya akan di kombinasikan dengan tanaman buah-buahan yg sedang dicarikan penyumbangnya.
“Kita ingin merubah lahan jagung, menjadi lahan hutan atau perkebunan, sehingga lahannya tidak gersang pada musim kemarau,” ujar Hendy yang sukses memobilisasi mahasiswaa baru UMK untuk melakukan penanaman pohon di kawasan wisata Wonosoco Undaan beberapa pekan lalu.
“Penghijauan dilakukan saat musim hujan ini untuk mengurangi risiko kematian tumbuhan. Karena di bukit ini ketika musim kemarau kondisinya gersang karena tidak ada sumber air,” ujarnya.
Sementara dipilihnya tanaman buah-buahan untuk penghijauan bukit Patiayam, selain untuk mencegah longsor dan banjir bandang juga dapat diharapkan bukit tersebut dapat menjadi wisata hutan agro.
“Kita berharap selain terbebas dari bencana tanah longsor dan banjir, dengan penghijauan ini juga dapat mendatangkan manfaat lain yaitu pelestarian sumber air, apalagi yang kita tanam ini bermacam-macam bibit buah, kita harapkan nanti akan menjadi kawasan wisata agro. Selain menikmati pemandangan dari perbukitan, pengunjung juga bisa menikmati buah-buahan,” pungkasnya
Dari hasil survei lapangan yang dilakukan oleh Konsosium Muria Hijau senin 17/12/2018 di Suko Bubuk, Terban dan Klaling bersama Adm KPH Pati, camat, perwakilan muspika, aparat desa, dan kelompok tani kami merekomendasikan bahwa kawasan perbukitan patiayam perlu dihijaukan dengan tanaman keras.
“Perlu merubah pola pikir masyarakat yg berkaitan dengan budidaya pola tanam, tanaman semusim, perlu membuat desain model wanatani, agroforestri yg diterapkan di kawasan Patiayam dan perlu juga mengumpulkan kelompok tani dan masyarakat desa didalam kawasan untuk diberikan penjelasan,” tuturnya.
“Warga juga mengharapkan agar pak bupati bisa hadir sendiri tanpa diwakilkan pada saat penanaman serentak di Pati Ayam bulan depan, mengingat tanahnya belum basah, permintaan kelompok tani agar gerakan penanamannya dilaksanakan akhir bulan Januari 2019,” terang dia.
Hanya saja Kelompok tani masih belum memiliki solusi tentang biaya bongkar muat bibit tanaman yang akan diberikan kepada mereka, mengingat banyaknya bibit tanaman yang harus diangkut.
“Semua rekomendasi hasil survai ini sudah kami laporkan kepada pak Bupati,” tandas Hendy. (J02/A01)