Jurnalpantura.id, Kudus – Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris berjalan kaki melihat kondisi pegunungan Patiayam yang mulai hijau dengan pepohonan.
Sam’ani mengungkapkan, saat ini banyak pohon buah-buahan seperti Alpukat hingga Mangga yang mulai tumbuh tinggi di pegunungan Patiayam.
Ia juga menyebut, diantara pohon buah-buahan yang ada, tumbuh subur tanaman pangan seperti jagung.
Kepada petani yang ditemui di sepanjang perjalanan, Bupati Kudus berpesan agar semuanya ikut menjaga kondisi pegunungan Patiayam.
“Buah-buahan ditanam agar tidak ada erosi. Karena kenyataannya, (saat musim penghujan) Jalan Pantura banjir. Air dari sini langsung turun ke bawah dan membuat banjir bandang di daerah sekitar Polres,” terang Sam’ani Intakoris, di pegunungan Patiayam, Sabtu 05/04/2025.
Sebab itu, Bupati Sam’ani meminta kepada semua petani yang ikut menanam di area pegunungan Patiayam untuk ikut serta merawat tanaman buah-buahan yang sudah ditanam.
“Semoga lima tahun lagi, tumbuhan ini sudah besar dan bisa rindang. Mohon Pak Tani (petani) ikut mengayomi, (pohon) jangan dipotong, dirawat saja,” pinta Bupati.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Kudus itu juga akn berupaya meningkatkan potensi wisata yang ada di sekitar pegunungan Patiayam. Terlebih berkiatan dengan fosil-fosil hewan purba yang ditemukan.
Petugas Museum Patiayam, Ari Mustakim mengungkapkan, luas pegunungan Patiayam mencapa 3.800 hektar. Saat ini 80 persen lahan ditanami tanaman pangan oleh petani sekitar. Sedangkan 20 persen sisanya ditanami tanaman buah-buahan.
Menurut Takim, kondisi pegunungan Patiayam sekarang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Reboisasi yang dilakukan PT Djarum dalam 2-3 tahun terakhir membuat pegunungan Patiayam mulai menghijau dari yang sebelumnya sangat tandus.
“Dulu gak ada pohon sama sekali, kalau kemarau gersang sekali. Sekarang tiap sudut ada tanaman, harapan kami tanaman bisa tumbuh besar,” ungkapnya.
Ke depan, dirinya berharap situs purbakala Patiayam dicanangkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional. Dengan begitu, situs-situs yang masih tersimpah di dalam tanah tetap terlindungi.
Ketika makin banyak penghijauan, tidak ada tanah yang longsor ataupun terkikis. Lalu fosil-fosil tidak gampang muncul.
“Kalau sering muncul, bisa menimbulkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan ada jual beli fosil. Kalau ada perlindungan situs, kawasan ini aman,” harapnya.
Sejauh ini, menurut Takim sudah ada 10.500 lebih fragmen purbakala yang ditemukan di pegunungan Patiayam. Puluhan ribu fragmen itu diketahui dari 17 spesies hewan purba. Mulai dari gajah, banteng, hingga kerbau.
Sebelumnya, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris mengunjungi Situs Purbakala Patiayam.(J02/A01)