Jurnalpantura.id, Kudus – Jembatan Rel yang ada di Desa Ploso, Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, Selama ini dipakai warga sebagai jembatan penghubung antar dua wilayah desa Ploso yang dipisahkan dengan sungai.
Adanya jembatan Rel ini sangat dirasa manfaatnya karena memperpendek jarak yang ditempuh, kalau harus melalui jembatan yang dibangun oleh pemerintah.
Pemandangan berbeda terlihat dari Jembatan Rel di Desa Ploso. Pagar besi berwarna hijau kini menghiasi bahu jembatan tua peninggalan belanda tersebut. Dengan adanya pagar sepanjang 20 meter tersebut, warga yang melintas menjadi lebih aman dan nyaman.
Kepala Desa Ploso, Bambang, menuturkan pemasangan ini adalah inisiatif warga sekitar, yang sebelumnya melihat kayu-kayu pengaman jembatan banyak yang patah dan lapuk. Kondisi tersebut menimbulkan rasa was-was bagi pengendara yang melintas diatas jembatan selebat satu meter tersebut. Untuk itulah warga secara sukarela menghimpun dana guna pembangunan pagar jembatan rel.
Imbuhnya pembangunan pagar jembatan tersebut dilakukan oleh swadaya masyarakat sekitar, belum lama ini. Dana sebesar Rp. 12,5 juta hasil sumbangan warga terkumpul, kemudian digunkan untuk membeli pagar besi dengan panjang 2 kali 20 meter dengan ketinggian sekitar 1 meter itu. Dan belum lama ini, pagar tersebut dipasang secara gotong-royong oleh masyarakat.
Bambang mengaku selama ini Pemerintahan Desa Ploso tidak bisa memberikan bantuan dana untuk perbaikan jembatan itu, lantaran status kepemilikan Jembatan Rel adalah milik PT Kereta Api Indonesia (KAI). Oleh karenanya, pihaknya hanya bisa mendorong warga untuk swadaya melakukan perbaikan pengaman jembatan yang menjadi saksi kejayaan kereta api sebagai alat transportasi masa silam itu.
“Setelah kereta api tidak aktif lagi di Kudus, sektar tahun 1980-an, PT KAI pernah bermaksud untuk menghancurkan jembatan tersebut. Akan tetapi, masyarakat meminta kepada Pemerintah Desa agar jembatan tersebut tetap dipertahankan. Mengingat mobilitas di jembatan tersebut pada pagi hingga sore hari cukup tinggi, akhirnya PT KAI mempersilahkan masyarakat untuk menggunakan jembatan tersebut hingga kini,” ceritanya pada media ini, Rabu 12/12/2018.
Selama ini, Bambang mengungkapkan perbaikan-perbaikan jembatan memang dilakukan secara swadaya. Seperti pengecoran jalan jembatan, pemasangan kayu pada bahu jembatan, penambalan ruas jalan hingga pemasangan besi pengaman.
Kendati nampak masih kokoh berdiri, dia mengatakan 20 persen bagian bawah jembatan itu sudah keropos dan besi penyangga jembatan sudah berkarat. Sehingga Bambang menghimbau agar warga bisa melintasi jembatan secara bergiliran. (J12/A02)