Jurnalpantura.id, Kudus – Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Kudus menegaskan pentingnya tata kelola pesantren yang adaptif terhadap perkembangan zaman dan tetap menjunjung prinsip humanis.
Hal ini disampaikan dalam kegiatan Halaqoh Pengasuh Pesantren yang digelar pada Minggu siang (20/4/2024) di Pondok Pesantren Qudsiyyah Putri, Kudus.
Halaqoh ini menjadi forum reflektif dan dialogis antar pengasuh pesantren untuk berbagi pengalaman dan memperkuat sistem pengasuhan yang berorientasi pada keselamatan dan perkembangan santri, terutama di tengah tantangan zaman modern.
Ketua RMI NU Kudus, KH. Khifni Nasif, menekankan bahwa halaqoh ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para pengasuh dalam pengelolaan pesantren, khususnya bagi pondok-pondok baru yang masih berkembang.
“Dengan halaqoh ini, kami berharap pengasuh semakin sadar akan pentingnya tata kelola yang tidak hanya baik secara administratif, tetapi juga ramah anak, bebas dari kekerasan, serta memiliki sistem pengawasan yang kuat,” ujarnya.
Menurutnya, pendekatan pengasuhan harus dilandasi kearifan lokal dan nilai-nilai Aswaja, namun tetap relevan dengan dinamika sosial yang berkembang. “Jangan sampai terjadi kasus bullying, kekerasan seksual, atau praktik-praktik yang mencederai nilai pendidikan pesantren,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini terdapat 175 pesantren di Kudus yang telah terdata oleh RMI, baik yang telah memiliki izin operasional maupun belum.
Ke depan, RMI akan mengadakan penyuluhan dan sosialisasi berkala setiap tiga bulan untuk memperkuat pendampingan kepada pesantren. (J02/A01)