Jurnalpantura.id, Kudus – Rencana regrouping atau penggabungan dua sekolah menjadi satu di Kudus akhirnya mendapatkan dukungan penuh dari Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen).
Keputusan tersebut memberikan harapan baru dalam mengatasi permasalahan terkait kekurangan siswa dan guru yang tengah dihadapi oleh sejumlah sekolah di Kudus. Proses regrouping ini pun tengah dalam proses komunikasi.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, menyatakan bahwa regrouping bisa menjadi solusi jangka panjang dalam menghadapi situasi sekolah-sekolah dengan jumlah siswa yang minim serta kekurangan tenaga pengajar.
Namun, Sam’ani menekankan bahwa setiap langkah dalam rencana regrouping harus dipersiapkan matang agar tidak menimbulkan masalah baru. Untuk mengatasi kekurangan guru, pihaknya akan memberdayakan sumber daya yang ada secara optimal.
“Di SD kan juga banyak kekurangan guru, nanti kita berdayakan,” ujar Sam’ani saat memberikan keterangan pada Rabu, 9/4/2025.
Setiap bulan, di Kabupaten Kudus terdapat sekitar 30 guru yang memasuki masa pensiun. Artinya, dalam setahun, diperkirakan ada sekitar 400 guru yang akan pensiun, dan langkah regrouping ini diharapkan bisa membantu mengatasi kekurangan tersebut.
“Ini juga sebagai upaya pemerataan guru, karena Kudus juga kekurangan guru,” terangnya. Diharapkan, dengan regrouping, alokasi guru dapat lebih merata ke seluruh sekolah yang membutuhkan.
Kabid Pendidikan Dasar pada Disdikpora Kudus, Anggun Nugroho, menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 25 sekolah yang sedang diproses untuk menjadi sasaran regrouping.
Faktor utama yang dipertimbangkan adalah minimnya jumlah siswa dan lokasi sekolah yang berada dalam satu kompleks.
“Saat ini masih proses komunikasi dengan korwil, tokoh masyarakat dan pihak desa. Begitu pasti, akan diserahkan ke dinas (disdikpora), untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anggun menjelaskan bahwa sekolah-sekolah yang masuk kategori minim siswa adalah yang memiliki jumlah siswa di bawah 60 orang. Sedangkan sekolah dalam satu kompleks, seperti SDN 2 dan 4 Ngembalrejo.
Regrouping juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk sekolah-sekolah yang rusak dan membutuhkan perbaikan besar dengan anggaran yang tidak sedikit. (J05/A01)