Jurnalpantura.Com, Semarang – Duta membaca Indonesia Najwa Shihab mengatakan peran orang tua sangat diperlukan untuk menghidupkan kembali budaya membaca. Mereka harus menjadi contoh bagi anak-anak dengan terus mendorong dan mengajarkan anak-anak membaca, baik melalui buku maupun ponsel pintar.
“Saya percaya pendidkan itu paling banyak didapat kalau kita melihat bagaimana bapak ibu dan lingkungan yang mengajarkan anaknya untuk suka membaca. Jadi contoh dalam keluarga itu menjadi fundamental, bagaimana anak bisa tumbuh mencintai buku,” katanya saat menjadi narasumber dalam Talkshow Duta baca Indonesia 2018 dengan tema ‘Membentuk Generasi Millenial Dengan Membaca’ yang diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakan (Arpus) Jawa Tengah di Hotel Patrajasa Semarang, Kamis 19/04/2018.
Nana, panggilan akrab Najwa, juga mengingatkan para orang tua agar tak berhenti membimbing dan mengawal anak-anak dalam penggunaan gadget. Jangan sampai anak menerima informasi yang justru menjerumuskan pada hal-hal yang negatif. Caranya, dengan terus melakukan komunikasi dan mendiskusikan kepada anak mengenai segala informasi yang didapat dari sumber bacaan yang ada di ponsel pintar mereka.
“Salah satu cara berkomunikasi dengan anak adalah ketika kita membahas buku yang menarik dan gadget. Itu bisa menjadi salah satu cara. Jadi, tinggal men-download buku yang sama, membaca sampai halaman berapa kemudian mendiskusikannya bersama-sama,” ujarnya.
Perempuan yang berprofesi sebagai presenter ini tak menampik jika orang Indonesia semakin kecanduan sosial media. Dia mengutip data Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet Indonesia (APJII) yang menyebutkan 115 juta orang di negara ini menjadi pengguna aktif facebook. Setiap hari rata-rata mereka mem-posting konten dua kali lebih banyak daripada rata-rata dunia, dan memberikan komentar 60 persen lebih banyak dari rata-rata dunia. Kondisi tersebut membuat masyarakat rentan terpengaruh berita hoaks atau ujaran kebencian melalui media sosial.
Lebih parah, sorot Nana, masyarakat cenderung mengasumsikan berita hanya dari melihat headline atau judulnya. Untuk itu kemampuan membaca sangat diperlukan agar bisa mengecek dan mericek sebuah informasi yang beredar di dunia maya.
“Kita ini senang ngobrol (chatting), senang facebook-an, senang sosial media tiga kali lebih banyak dari rata-rata dunia. Sekarang ini zamannya hoaks yang terjadi di seluruh dunia, tapi kita menjadi lebih rentan karena kebiasaan kita mengonsumsi media sosial yang luar biasa lebih banyak,” terangnya.
Nana mengajak generasi millenial menumbuhkan kembali minat membacanya, menjadikannya sebagai kebiasaan dan rutinitas sehari-hari. Sebab, membaca bukanlah insting melainkan keterampilan yang harus terus diusahakan dan dilatih. Sama halnya dengan berolahraga, semakin sering latihan akan membuat otot-otot semakin kuat dan tubuh menjadi sehat. Semakin sering membaca juga akan membuat sel-sel otak semakin kuat dan daya tahan membaca bertambah lama.
“Buat target yang masuk akal, misalnya bikin target sehari harus membaca 20 menit dibagi tiap pagi, siang, sore, dan malam masing-masing lima menit. Maka kalau kita membiasakan diri membaca 20 menit sehari dalam satu minggu sudah ada berapa jam, sudah dapat berapa halaman, dan sudah dapat berapa buku. Jadi harus dipaksakan sebelum kita menjadi biasa,” ajaknya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP yang juga menjadi narasumber dalam talkshow tersebut mengatakan bagi umat Islam membaca merupakan salah satu perintah yang harus dilakukan. Dengan membaca umat akan mendapat pengetahuan dan memperdalam ilmu yang dimiliki. Karenanya, kebiasaan membaca harus dibangun dari kecil, dan menjadi tugas orang tua untuk menanamkan kebiasaan tersebut.
“Mumpung belum kebablasan kita arahkan anak-anak untuk gemar membaca, kemudian mendengar, dan melihat agar mereka tahu dunianya seperti apa,” katanya.
Ditambahkan, melalui membaca masyarakat juga bisa meningkatkan kesejahteraannya. Tentunya, dengan menguasai konten yang dibaca. Mereka akan bisa mengenal mengenai enterpreneur dan menciptakan karya untuk kehidupan yang lebih baik.
“Dengan membaca dia bisa mendapatkan ilmu, dengan ilmu itu dia bisa mengintroduksi dirinya untuk berenterpreneur, untuk berkarya,” pungkasnya. (J02 /A01)