Jurnalpantura.id, Kudus – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-56, Rumah Sakit (RS) Mardi Rahayu mengadakan pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) bagi para jurnalis di Kabupaten Kudus.
Kegiatan ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Pers Nasional Tahun 2025, yang bertujuan untuk memberikan edukasi pentingnya pertolongan pertama dalam situasi darurat.
Pelatihan PPGD tersebut dihadiri oleh sejumlah jurnalis yang biasa meliput berbagai peristiwa di lapangan, terutama yang berpotensi mengarah pada keadaan darurat, seperti kecelakaan atau insiden lainnya.
Kepala Satuan Pengembangan Usaha RS Mardi Rahayu, dr. Sophie, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada jurnalis mengenai bagaimana memberikan pertolongan pertama dalam kondisi darurat.
“Sebagai jurnalis, teman-teman sering berada di lokasi kejadian dan menemukan berbagai peristiwa, termasuk kecelakaan,” ujar dr. Sophie.

Oleh karena itu, sangat penting bagi jurnalis untuk memiliki pemahaman dasar tentang pertolongan pertama, seperti bantuan hidup dasar, pijat jantung, pemberian napas, serta penggunaan AED atau alat kejut jantung otomatis.
Selain memberikan teori, pelatihan juga melibatkan praktik langsung. Para jurnalis diberi kesempatan untuk memperagakan bagaimana melakukan tindakan pertolongan pertama, seperti cara menangani orang yang pingsan atau tidak sadarkan diri.
Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung agar para jurnalis lebih percaya diri dalam menghadapi situasi darurat di lapangan.
“Banyak orang yang merasa khawatir untuk membantu ketika menghadapi kasus henti napas atau jantung, padahal pertolongan pertama yang tepat bisa sangat menyelamatkan nyawa. Kami ingin para jurnalis bisa turut bertindak saat keadaan darurat terjadi,” tambah dr. Sophie.
Kepala IGD RS Mardi Rahayu, dr. Dedik Cahyono, memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai langkah-langkah pertolongan pertama saat menghadapi pasien yang tidak sadar.
“Pastikan terlebih dahulu keamanan diri, pasien, dan lingkungan sekitar. Cek respons pasien, panggil bantuan medis jika diperlukan, dan lakukan pemeriksaan nadi dan napas. Jika tidak ada nadi atau napas, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP),” ungkap dr. Dedik.
Proses RJP dilakukan dengan 30 kompresi jantung diikuti dua bantuan napas, dan dilakukan terus-menerus hingga bantuan medis datang. (J05/A01)