Jurnalpantura.id, Kudus – Kabupaten Kudus berhasil meraih juara terbaik Inovasi Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan juara terbaik Program Pengelolaan Tuberkulosis (TBC) se-Jawa Tengah dalam acara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) Provinsi Jawa Tengah tahun 2022.
Kabar membanggakan itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus dr Andini Aridewi saat ditemui dalam acara Pertemuan Koordinasi Program Kesga-Gizi bersama Lintas Program dan Lintas Sektor, di @hom Kudus, Rabu (7/12/2022).
Andini menerangkan bahwa, jumlah kematian ibu tahun ini menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. AKI tahun 2022 tercatat ada 11 kasus kematian. Sedangkan pada tahun 2020 ada 15 kasus dan tahun 2021 ada 21 kasus kematian ibu.
“Pas pandemi kemarin memang ditunjang oleh banyaknya ibu yang terpapar covid-19. Kalau tahun ini, cenderung ibu ada penyakit penyerta beresiko seperti preeklamasi, jantung, dan diabetes melitus,” paparnya.
Andini menambahkan, Pemkab Kudus telag melakukan berbagai upaya dalam menurunkan AKI. Salah satunya dengan mengadakan koirdinasi lintas program dan lintas sektor seperti hari ini.
Pihaknya juga telah melakukan upaya untuk menekan angka kematian ibu dengan pengawalan dari hulu sampai hilir. Seperti, melakukan pencegahan kepada calon ibu agar tidak menjadi ibu hamil yang beresiko.
“Kita lakukan pada saat ibu belum hamil, kita lakukan saat dia remaja, baik remaja putri maupun putra, dengan melakukan sosialisasi dan edukasi,” tuturnya.
Kemudian, pihaknya juga menggeraksan semua fasilitas kesehatan di Kudus untuk mensukseskan program tersebut. Tidak hanya itu, pihaknya juga berkolaborasi dengan masyarakat dan sektor yang terkait, seperti PKK, Dinas Sosial, Kader, hingga BPJS Kesehatan Kudus.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri, memang buruh support dari semua pihak, terkhusus oleh masyarakat yang ada disekitarnya,” tandasnya.
Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Bupati Kudus Samani memberikan dukungan penuh atas program yang telah digalakkan oleh DKK Kudus. Dirinya juga mengajak seluruh elemen kesehatan untuk bersama-sama mengedukasi masyarakat pentingnya menjaga kesehatan kehamilan.
“Jangan nikah terlaku muda, kalau perempuan itu 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Kalau ada sesuatu diperiksakan, kalau mau punya anak jangan terlalu dekat, dan juga kalau ada komorbid segera ditangani,” jelasnya.
Pihaknya juga meminta agar DKK Kudus memaksimal dari keberadaan bidan, kader, PKK, hingga karang taruna ikut diikutsertakan dalam hal edukasi masyarakat.
“Termasuk kader kita, terutama PNS, saya sampaikan jangan terlalu eksklusif tapi peduli juga dengan tetangga lainnya, bila perlu dibantu dan didampingi,” pungkasnya. (J05/A01)