Jurnalpantura.id, Kudus – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus mencatatkan angka yang mengejutkan sepanjang tahun 2024, dengan sedikitnya 195 kejadian kebencanaan yang terjadi di sembilan kecamatan.
Kejadian-kejadian tersebut meliputi berbagai jenis bencana, mulai dari banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, hingga gempa bumi.
Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Kudus, Mundir, jumlah bencana yang terjadi di tahun 2024 menunjukkan potensi risiko yang cukup besar bagi di Kota Kretek.
Total kerugian yang ditimbulkan akibat bencana-bencana tersebut diperkirakan mencapai sekitar Rp 38,8 miliar. Angka ini mencakup kerusakan infrastruktur, rumah tinggal, fasilitas umum, serta dampak sosial terhadap masyarakat.
“Kerugian akibat kebencanaan yang terjadi di Kabupaten Kudus sepanjang tahun 2024 sekitar Rp 38,8 miliar,” ujar Mundir dalam keterangan resminya pada Selasa, 31/12/2024.
Dari sembilan kecamatan yang terdampak, Kecamatan Jati dan Kaliwungu menjadi dua daerah dengan jumlah kejadian kebencanaan terbanyak. Masing-masing kecamatan tersebut tercatat mengalami 27 kejadian bencana.
Kecamatan Kota berada di urutan ketiga dengan 22 kejadian kebencanaan.
“Kecamatan Jati dan Kaliwungu menjadi daerah yang paling banyak mengalami bencana, diikuti Kecamatan Kota yang juga cukup tinggi frekuensi kejadian bencananya,” jelas Mundir.
Kecamatan Dawe dan Gebog tercatat masing-masing mengalami 21 kejadian bencana. Kecamatan Jekulo melaporkan 20 kejadian, diikuti Kecamatan Mejobo dan Bae dengan 19 kejadian bencana, dan Kecamatan Undaan yang tercatat hanya mengalami 8 kejadian.
Berdasarkan jenis bencana, daerah-daerah yang rawan banjir di Kabupaten Kudus, seperti Kecamatan Mejobo, Kaliwungu, dan Undaan, menjadi perhatian utama BPBD setempat.
Selain banjir, daerah-daerah utara Kabupaten Kudus seperti Dawe dan Undaan juga rawan terjadi bencana tanah longsor.
“Untuk cuaca ekstrem, kebakaran, kekeringan, dan gempa bumi, hampir semua kecamatan berisiko mengalami bencana tersebut,” tambah Mundir.
Kerusakan yang ditimbulkan dari seratusan peristiwa bencana ini cukup signifikan, dengan 129 rumah mengalami kerusakan. Satu rumah rusak berat, enam rumah rusak sedang, dan 122 rumah rusak ringan.
Fasilitas umum juga turut terdampak akibat bencana di Kabupaten Kudus. Sebanyak 97 fasilitas pendidikan, 186 fasilitas peribadatan, dan tujuh fasilitas kesehatan mengalami kerusakan.
Sementara itu, korban bencana juga tercatat satu orang meninggal dunia, 11 orang luka-luka, serta 3.535 warga harus mengungsi akibat dampak dari kebencanaan yang terjadi.
Dalam upaya mengurangi risiko dan dampak bencana, BPBD Kudus terus berinovasi dengan berbagai program mitigasi. Di antaranya, BPBD bekerja sama dengan tim relawan dan Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk menanggulangi risiko bencana, terutama di daerah rawan banjir.
Untuk mengatasi ancaman bencana longsor, BPBD juga telah memasang tiga unit Early Warning System (EWS) di daerah-daerah rawan longsor seperti Desa Japan, Rahtawu, dan Menawan. (J05/A01)