Jurnalpantura.id, Kudus – Puluhan warga Desa Tumpangkrasak, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus nekat menyandera Mobil PLN UP3 Kudus pada Kamis, 02/05/2024 malam.
Dari vidio yang beredar di media sosial, mereka nekat menyandera mobil PLN UP3 Kudus karena kecewa dengan pelayanan selama ini, khususnya terkait pengaduan gangguan listrik di rumahnya sering mati ketika jam 8 malam ke atas.
Ketua RT 3 RW 4 Desa Tumpangkrasak, Faizin membenarkan bahwa tadi malam ada satu unit mobil pickup PLN disita warganya. Ia menceritakan, hampir setiap malam listrik di sebagian rumah di wilayahnya mati.
Memang, pihak PLN responsif ketika mendapat aduan terkait listrik yang mati, namun listrik baru dihidupkan setelah mati 4-5 jam.
“Yang membetulkan itu beberapa menit saja, cuma ‘mengklik’ bagian apa gitu, tapi kenapa harus menunggu berjam-jam,” terangnya.
Aksi yang dilakukan warga desa pun dikatakan Faizin agar PLN bisa lebih perhatian dengan seringnya listrik mati di wilayahnya.
“Kami hanya minta listrik gak mati-matian lagi,” ucapnya.
Keluhan yang disampaikan warganya itu pun dibenarkan oleh Kepala Desa Tumpangkrasak, Sarjoko Saputro.
Ditemui di Balai Desa Tumpangkrasak pada Jum’at 03/05/2024, Sarjoko menjelaskan bahwa listrik memang sering mati setiap jam 8 malam ke atas.
Wilayah yang terdampak ada di sebagian rumah 3 RT, yakni di RT 3 RW 4, RT 3 RW 5, dan RT 4 RW 5.
Dia menceritakan, kejadian malam tadi memang didasari karena jengkelnya warga. Mereka mempertanyakan mengapa listrik bisa sering mati ketika malam hari.
“Datang tadi malam PLN, ternyata hanya di ‘klik’ (saklar/tombol listrik) saja, hanya 10 menit kenapa harus lama menunggu,” cerita Sarjoko.
Usai listrik menyala kembali, petugas dan warga mencoba komunikasi untuk memperoleh titik temu. Tapi ternyata komunikasi itu tidak jelas, akhirnya warga jengkel.
“Karena warga jengkel, di situlah ada mobil dan petugas PLN ditahan, kenapa? Agar ada perhatian dari pihak PLN,” terang Sarjoko melanjutkan.
Setelah diselidiki lebih lanjut, diketahui bahwa alasan listrik sering padam karena trafo yang mengalirkan listrik kelebihan mutan atau overload.
Petugas yang sebelumnya ditahan itu pun diperbolehkan pulang, namun satu unit kendaraan yang dibawa tetap ditahan.
“Biar mereka (PLN) bereaksi cepat untuk memperbaiki hal tersebut,” ucapnya.
Lebih lanjut, bila tadi malam permasalahan itu tidak diselesaikan, menurut Sarjoko ada indikasi warga akan ke PLN untuk protes.
Namun niat itu diurungkan, sebab PLN hari ini melakukan perbaikan dengan penambahan daya pada trafo agar tidak lagi mati listrik saat malam hari.
“Nyatanya setelah ada aksi dari warga, pihak PLN langsung mendatangkan trafo baru dan dipasang hari ini juga. Dan masalah ini pun sudah selesai,” kata Sarjoko.
Pihaknya mengungkapkan, listrik yang mati sangat merugikan warganya. Terlebih waktu malam hari sering digunakan untuk istirahat bersama keluarga dan anak-anak belajar.
Bahkan bila PLN tidak segera melakukan perbaikan trafo, warga sepakat untuk iuran untuk pengadaan trafo.
Di sisi lain, informasi yang diterima Sarjoko, banyak faktor yang mengindikasi trafo bisa kelebihan muatan. Untuk itu, Desa Tumpangkrasak sangat terbuka bila memang ada sweeping atau penyelidikan terkait penggunaan aliran listrik di wilayahnya.
“Kalau mau menyelidiki kami welcome, yang penting warga bisa tidur nyaman, dan listrik tidak mati-mati lagi,” terangnya.
Sementara dari Pihak PLN UP3 Kudus belum ada yang bisa dikonfirmasi. (J02/A01)