JURNALPANTURA.COM, Semarang – Daya saing Provinsi Jawa Tengah makin meningkat. Studi Asia Commodities Institute pada 2016 merilis Jawa Tengah berada pada urutan ketiga se-Indonesia sebagai provinsi berdaya saing tertinggi. Perkembangan positif itu ditandai oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo menyampaikan sejak 2012, perekonomian Jawa Tengah tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan perekonomian nasional yang tumbuh stabil di kisaran lima persen. Sejalan dengan pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional dan pemulihan perekonomian global, pada triwulan ketiga 2017 pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah sebesar 5,13 persen.
“Pertumbuhan ini lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi triwulan yang sama pada tahun 2016 sebesar 5,06 persen,” terangnya saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 di Lantai VIII Bank Indonesia Kanwil Jateng, Selasa 05/12/2017.
Hamid menjelaskan, dari sisi investasi ekonomi, Jawa Tengah terdorong oleh peningkatan pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan sekitar 7,35 persen. Secara tahunan, pertumbuhan investasi tersebut lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,54 persen.
“Ekspor Jawa Tengah juga mengalami pertumbuhan yang meningkat sebagai dampak dari pemulihan ekonomi global, khususnya dari mitra dagang utama Jawa Tengah, yaitu Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah akan mencapai 5,1-5,5 persen. Lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
Hamid menambahkan, inflasi di Jawa Tengah pada tahun ini relatif terkendali. Masih sesuai target inflasi yang telah ditetapkan.
“Inflasi Jawa Tengah di tahun 2017 berada pada level yang rendah dan stabil di mana November 2017 inflasi tercatat 3,19 persen secara tahunan. Ini masih terkendali dan berada di bawah capaian nasional sebesar 3,30 persen. Sehingga kami yakin inflasi Jawa Tengah hingga akhir tahun 2017 Masih sesuai dengan target inflasi yaitu empat persen plus minus satu persen,” tambahnya.
Dengan capaian ekonomi yang positif itu, Hamid menyampaikan apresiasi atas kerja keras tim pengendali inflasi daerah. Dia berharap kerja sama dengan seluruh pihak yang terjalin semakin baik demi stabilitas harga dan inflasi yang rendah di Jawa Tengah.
Meski kondisi ekonomi di Jawa Tengah menunjukkan perkembangan positif, lanjutnya, kemiskinan masih menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh provinsi ini.
Hal itu diamini akademisi Unika Soegijapranata Semarang, Dr Angelina Ika Rahutami MSi yang menjadi narasumber pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017.
“Kemiskinan di Jawa Tengah itu target RPJMD sepuluh persen. Itu belum tercapai. Kita masih di angka 13 persen. Tapi kalau dilihat dari penurunannya tahun ke tahun cukup signifikan,” jelasnya.
Angelina menuturkan, meski berhasil diturunkan, persentase angka kemiskinan masih tergolong tinggi. Namun, beberapa program yang dilaksanakan oleh Pemprov Jateng, seperti kartu tani, mampu mendongkrak nilai tukar petani (NTP) dan mendongkrak kesejahteraan petani.
“Program-program Pemprov Jateng seperti desa mandiri dan kartu tani dampaknya sangat besar dalam mengurangi kemiskinan di pedesaan. NTP sangat tampak mulai membaik,” jelasnya.
Pada acara tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi berpesan agar instansi terkait di bidang pangan memastikan agar ketahanan pangan di tengah cuaca ekstrim saat ini tidak tergoncang. Sehingga tidak mengganggu ekonomi di Jawa Tengah.
“Yang harus kita perhatikan betul adalah ketersediaan pangan karena cuaca ekstrem seperti saat ini mungkin bisa mempengaruhi pertanian. Saya ingin masalah pangan ini tidak menghambat optimisme perekonomian Jawa Tengah ke depan,” tegasnya.
Mantan Bupati Purbalingga itu menambahkan, menjelang pesta demokrasi daerah pada tahun 2018 harus diiringi komitmen segenap elemen masyarakat menjaga kondusivitas Jawa Tengah. Dengan suasana kondusif, ekonomi Jawa Tengah dapat terus tumbuh signifikan.(J02)
Komentar