Obligasi Hanya Bisa Dipakai Untuk Pembangunan Infrastruktur Menguntungkan

- Jurnalis

Selasa, 21 November 2017 - 23:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JURNALPANTURA.COM, Semarang – Akselerasi penurunan angka kemiskinan di Jawa Tengah yang tercatat tertinggi se-Indonesia pada periode September 2016-Maret 2017 dengan jumlah 43 ribu jiwa masih belum memuaskan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP. Menurutnya prestasi tersebut belum cukup membahagiakan mengingat masih ada 4,45 juta orang miskin di Jawa Tengah.
“Buat saya (masih) terlalu rendah dan kita tidak bisa bertepuk tangan. Penurunan kita paling tinggi tapi kecil sekali dan belum signifikan. Kalau penurunan bisa sampai tiga juta itu baru boleh mrenges, tepuk tangan, nggulung-gulung,” katanya saat menjadi narasumber pada program dialog interaktif Mas Ganjar Menyapa, yang disiarkan langsung melalui MNC Trijaya FM dan sejumlah radio Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) dari Rumah Dinas Puri Gedeh, Selasa 21 /11/2017. 
Ganjar mengatakan anggaran yang dikucurkan untuk program penanggulangan kemiskinan yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota mencapai triliunan rupiah. Namun penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun masih harus terus digenjot. Karenanya perlu terobosan dan inovasi, salah satunya dengan mencari sumber-sumber pembiayaan lain di luar APBD untuk membiayai program infrastruktur yang membutuhkan anggaran paling besar.
“Kalau pembiayaan infrastruktur mengambil dana dari pinjaman PT SMI atau pinjam dari BPD. Maka anggaran yang lain bisa kita pakai untuk penanggulangan kemiskinan ini,” ujarnya.
Pembiayaan proyek infrastruktur melalui penerbitan obligasi daerah ini, imbuh Ganjar, masih belum dilirik oleh pemerintah daerah. Bahkan saat dirinya ingin menerbitkan obligasi tersebut pernah ditolak oleh DPRD Jawa Tengah. Padahal di tengah keterbatasan APBD, obligasi daerah bisa menjadi sumber pembiayaan baru.
Saat ini baru ada tiga kabupaten yang menerapkan obligasi daerah untuk membantu pembiayaan infrastruktur, yakni Kabupaten Temanggung, Grobogan, dan Sragen. Ganjar akan terus mendorong kabupaten/ kota lainnya mengikuti jejak ketiga kabupaten tersebut agar persoalan kemiskinan dapat dikeroyok dengan menggunakan dana baik dari APBD maupun luar APBD.
“Setiap kabupaten/ kota bahkan provinsi bisa menggunakan itu (obligasi daerah) di awal masa jabatan. Sehingga pas waktu satu periode jabatan bisa selesai (proses cicilan),” tuturnya.
Kepala OJK Jawa Tengah dan DIY Bambang Kiswono mengatakan obligasi daerah ini sangat bermanfaat untuk membantu mempercepat pembangunan infrastruktur daerah. Namun infrastruktur yang bisa dibiayai dengan obligasi daerah adalah infrastruktur yang menguntungkan.
“Syaratnya yang dibiayai proyek-proyek yang menguntungkan, misalnya kayak taman itu tidak bisa karena tidak ada keuntungan tapi kalau rumah sakit bisa,” katanya.
Obligasi ini, lanjut Bambang dapat menghasilkan sumber dana langsung dari masyarakat dan pembiayaannya jauh lebih murah dibanding pembiyaan melalui perbankan. Selain itu, masyarakat juga bisa ikut andil mengawasi proyek infrastruktur dan merasa memiliki bersama.
Dalam waktu dekat ini OJK juga akan membuat tim untuk menyosialisasikan obligasi daerah ini kepada pemerintah daerah dan DPRD  serta mendampingi mereka untuk menerbitkan obligasi. Sehingga mereka paham tentang obligasi daerah dan keuntungan yang didapat darinya.(J02) 
Baca Juga :  Komisi B Temukan 4 Pasar Modern Tak Berizin

Berita Terkait

BGN Buka Peluang UMKM dan Katering Bergabung Program Makan Bergizi Gratis
Inflasi Kudus Tembus 0,59% pada Desember 2024, Komoditas Pangan Jadi Faktor Utama
Harga Beras dan Cabai di Kudus “Bikin Nangis” di Awal Tahun 2025
Dinsospermasdes Jepara Gelar Penguatan Kapasitas BUMdes dan BUMdesMa
Harga Kebutuhan Pokok di Kudus Cenderung Stabil Menjelang Nataru 2024
Stok Elpiji di Kudus Aman, Pemkab Belum Ajukan Penambahan Fakultatif Menjelang Nataru
Inflasi Kudus November 2024, Komoditas Pangan Jadi Pemicu Utama
SMK Muhammadiyah Ponpes Jekulo Gelar Job Fair, Buka Peluang Kerja untuk Lulusan dan Pencari Kerja
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 10 Januari 2025 - 12:48 WIB

BGN Buka Peluang UMKM dan Katering Bergabung Program Makan Bergizi Gratis

Sabtu, 4 Januari 2025 - 11:46 WIB

Inflasi Kudus Tembus 0,59% pada Desember 2024, Komoditas Pangan Jadi Faktor Utama

Kamis, 2 Januari 2025 - 15:16 WIB

Harga Beras dan Cabai di Kudus “Bikin Nangis” di Awal Tahun 2025

Minggu, 22 Desember 2024 - 18:34 WIB

Dinsospermasdes Jepara Gelar Penguatan Kapasitas BUMdes dan BUMdesMa

Jumat, 13 Desember 2024 - 14:50 WIB

Harga Kebutuhan Pokok di Kudus Cenderung Stabil Menjelang Nataru 2024

Berita Terbaru