JURNALPANTURA.COM Semarang – Kredit Mitra Jateng 25, program pembiayaan dari Bank Jateng dengan bunga termurah se-Indonesia dan tanpa jaminan, dulu sempat menuai protes dari banyak Namun, program tersebut saat ini justru direplikasi oleh pemerintah pusat melalui kredit ultra mikro.
Saat memberikan sambutan dalam Sidang Senat Terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng, Wisuda Sarjana ke-32 dan Wisuda Pascasarjana ke-23, di Convention Hall Masjid Agung Jawa Tengah, Selasa 26/09/2017.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menyampaikan, butuh exerciseyang panjang sebelum program kredit Mitra 25 bisa berjalan seperti saat ini. Berkali-kali Dirut Bank Jateng, memberikan paparan kepada gubernur yang menginginkan bisa memberikan bunga rendah (tujuh persen). Di samping itu, komunikasi dengan banyak pihak juga terus dijalin, salah satunya dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Apakah ada tantangan (dalam merealisasikannya)? Bank Jateng diserbu semua bank-bank nasional, bank-bank swasta. Disampaikan mereka, itu tidak benar. Namun saya sampaikan, inilah cara negara berpihak kepada rakyat. Dan alhamdulillah yang kita lakukan mendapatkan respon dari Presiden,” bebernya.
Saat ini, imbuh gubernur, pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan mulai menerapkan kredit ultra mikro. Kredit itu untuk memberikan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat dari kelompok usaha kecil mikro dengan plafon maksimal Rp 10.000.000 dan bunga dua persen per tahun.
“Nanti malam salah satu direktur pembiayaan dari kementerian keuangan akan paparan kepada saya. Kenapa Jateng diminta? Karena kita sudah melaksanakannya. Saya pernah sampaikan kepada presiden, menteri keuangan, direktur bank-bank BUMN, menteri BUMN, bahwa dalam praktik memang ada kendala. Tapi sebagian besar rakyat sangat bisa dipercaya,” ungkap dia.
Program kredit murah Mitra Jateng 25, lanjut Ganjar, menjadi bukti jika ada terobosan lain yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah negara. Dengan memberikan kredit murah dan mudah, masyarakat kecil tidak lagi terjerat hutang kepada rentenir. Sehingga, usaha yang mereka lakukan bisa tumbuh. Tumbuhnya usaha akan berjalan beriringan dengan meningkatnya kesejahteraan.
“Ini kita sampaikan, agar yang sekolah ekonomi, sekolah perbankan, tidak melulu pikirannya kapitalistik. Tidak melulu membiarkan yang lemah mati, tapi tetap ada terobosan yang bisa diberikan agar mereka tumbuh,” tutupnya.(J02)
Komentar