JURNALPANTURA.COM, Kudus – Ada yang berbeda pada pagi ini, di sekitar lokasi exs Stasiun Kudus yang jga bekas Pasar Wergu.Banyak Anggota pasukan dan Pemuda/Pemudi yang bergerombol di jalanan menuju lokasi Stasiun.Ternyata mereka adalah anggota komonitas Onto-Onto Tok yang akan mengikuti Upacara Bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan Ri ke 72.
Adalah Taruna Bakti nama dari Karang Taruna Kelurahan Wergu wetan bekerjasama dengan Komonitas Jenank dan beberapa komonitas yang peduli dengan sejarah, Akan menyelenggarakan Upacara Bendera Merah Putih dan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 di dalam exs Stasiun Wergu Kudus.
Sebagai Inspektur Upacara adalah Edi Supratno Sejarawan Kudus yang juga Seorang Dosen di STIBI Syeh Jangkung Pati, sebagai komandan upacara diwakili dri komonitas Jenank, Pembaca UUD 1945 dari Komonitas kresek, Pengibar Bendera dari Racana UMK, .Selain dari Komonitas Jenank dan OOT ” Onto-Onto Tok” dengan jumlah terbanyak dan menarik perhatian masyarakat sekitar, Peserta Upacara juga berasal dari Omah Dongeng Marwah, Komonitas Kresek, Santri Menara, Racana UMK, Hikmah Kreatif, Kudus Mengajar, Paradigma STAIN Kudus, Paguyuban Sosial RW III Wergu Wetan.
Dalam sambutannya Edy Supratno ” Stasiun Kudus sebagai saksi bisu tentang kemajuan transportasi saat itu dan juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Kemerdekaan, stasiun yang berdiri sejak 15 Maret 1884.Pada masa agresi Belanda 1, 21 Juli 1947, Stasiun Kudus tak luput menjadi sasaran serangan Belanda dan sampai saat ini, masih ada bekas pada lubang kaca yang ada di Stasiun”
Dengan mengusung tema, Gelora Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, “Kami mencoba membangkitkan kembali gelora dan semangat para pejuang jaman kemerdekaan dahulu kepada para pemuda dan remaja di sekitar stasiun ini, bahwa ditempat ini pula pernah terjadi aktifitas heroik yang dilakukan oleh para pendahulu kita demi mempertahankan kemerdekaan,” ujar Arif Indaryanto ketua Karang Taruna ‘Taruna Bhakti’ Kelurahan Wergu wetan.
Di tempat terpisah, Ibu Sri (58) salah satu warga yang ikut hadir, merasa terharu dan mengaku baru sekarang melihat dan merasakan suasana berbeda di sekitar Stasiun, sebagai warga asli sekitar paham betul akan kondisi stasiun dulu dan sekarang.Perasaan haru dan hikmat waktu pengibaran bendera merah putih mgkin dialami semua peserta upacara, suasana hening sewaktu lagu Indonesia Raya di kumandangkan membuat beberapa warga sepuh yang hadir di Upacara menitikkan air matanya.
Kini bangunan Stasiun sepi dan tetap menjadi saksi bisu bahkan akan rusak karena usia.Jika Pemerintah acuh dan enggan menjaga bangunan-bangunan bersejarah salah satunya stasiun ini, di sisi lainya banyak rumor dan isu yang meresahkan, akan di alih fungsikan bangunan stasiun menjadi pusat perbelanjaan/kuliner.(J02)
Post Views: 310
Komentar