Jurnalpantura.id, Kudus – Rangkaian Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 di Kudus, Jawa Tengah, dibuka dengan Tahap Screening yang digelar di GOR Jati pada Selasa 04/09/2018 kemarin pagi.
Pada tahap ini, sebanyak 1073 peserta yang berasal dari enam kategori yakni U-11 Putra, U-11 Putri, U-13 Putra, U-13 Putri, U-15 Putra, dan U-15 Putri, unjuk kemampuan di hadapan Tim Pencari Bakat.
Dalam tahapan ini, setiap peserta bertanding dengan lawan yang sesuai kategori usia masing-masing dalam durasi sekitar sepuluh menit. Selama waktu pertandingan itu, Tim Pencari Bakat yang dipimpin oleh Christian Hadinata, menyeleksi siapa saja peserta yang berhak melaju ke Tahap Turnamen.
Selain Christian, para legenda bulutangkis Indonesia serta pelatih PB Djarum yang termasuk dalam Tim Pencari Bakat, terdiri dari Tan Joe Hok, Liem Swie King, Fung Permadi, Basri Yusuf, Antonius Budi Ariantho, Alan Budikusuma, Denny Kantono, Hariyanto Arbi, Marleve Mainaky, Herry Iman Pierngadi, dan Sigit Budiarto.
Sebanyak 400 peserta dinyatakan lolos Tahap Screening yang digelar pada hari pertama Audisi Umum. Pada kategori U-11 Putra tercatat sebanyak 106 peserta yang berhasil melewati fase awal ini, sementara U-11 Putri peserta 37, U-13 Putra (115), U-13 Putri (38), U-15 Putra (70), dan U-15 Putri (34).
Mereka yang lolos Tahap Screening kembali bertanding di Tahap Turnamen yang menggunakan sistem gugur pada Rabu dan Kamis.
Manajer Tim PB Djarum Fung Permadi mengapresiasi semangat para peserta dan orangtua untuk mengikuti program tahunan yang digelar oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation ini. Namun di sisi lain, lanjut Fung, meningkatnya jumlah peserta di Kudus juga berbanding dengan kualitas bermain bulutangkis yang dimiliki para calon peraih beasiswa bulutangkis ini.
“Banyak peserta yang menggunakan kesempatan terakhir dari rangkaian Audisi Umum pada tahun ini di Kudus. Oleh karenanya, jumlah pesertanya sangat banyak mencapai lebih dari 1000 anak. Tapi kami pun dari Tim Pencari Bakat disuguhi permainan yang apik. Skill maupun kualitas mereka lebih baik dari kota-kota sebelumnya,” jelas pebulutangkis peraih gelar juara Kanada Terbuka 1990, Jerman Terbuka 1990, dan Swiss Terbuka 1993 ini.
Sementara, Liem Swie King merasa bangga dengan Kota Kudus yang didatangi ribuan anak dari seantero negeri yang antusias terhadap olahraga bulutangkis.
Dari sisi jumlah peserta, menurutnya, Audisi Umum tahun ini di Kudus merupakan yang terbesar yang pernah dilihatnya.
“Saya lahir dan besar di kota ini. Dan baru sekarang saya lihat satu GOR di Kudus diisi penuh dengan anak-anak menaruh minat yang sangat tinggi untuk mengembangkan potensi mereka melalui bulutangkis,” tutur pebulutangkis peraih medali emas Asian Games di Bangkok 1978 ini.
“Kudus adalah kota bulutangkis Indonesia! Itu kenyataannya,” kata King, menegaskan.
Menurut legenda bulutangkis Indonesia ini, dengan jumlah peserta yang banyak, Tim Pencari Bakat memiliki tugas yang cukup berat untuk menyeleksi para calon atlet muda penghuni PB Djarum. Oleh karenanya, kata King, bagi para peserta yang belum berhasil pada Audisi Umum tahun ini, untuk tetap berlatih dan mengasah kemampuan guna kesempatan meraih beasiswa bulutangkis mendatang. “Jangan pernah menyerah, itu adalah `pegangan` bagi olahragawan,” katanya. “Kalah itu hanya sementara. Tapi kalau sudah menyerah, itu yang membuat orang kalah selamanya,”tutupnya. (J02/A01)
Komentar